Pages

Tuesday, December 24, 2013

#MenggoresPenaMenggapaiSurga by @KomunitasACI



Bukan hal yang aneh lagi jika saya selalu heboh searching info angkutan umum setiap akan mengikuti suatu kegiatan di lokasi yang baru, maklum jika bertanya pun seringnya mendapat jawaban, "wah, kurang tahu tuh, soalnya biarpun tinggalnya dekat, tapi nggak pernah kesana-sana".
Begitu pula ketika saya ingin mengikuti seminar fantastik pada tanggal 15 Desember yang diadakan oleh Komunitas Aku Cinta Islam ini. Acara yang sedianya akan diadakan di Masjid A.R. Hakim UI Salemba, dipindahkan ke Gedung Pusat Rabbani di Rawamangun.
Jadiiiii.... saya yang tadinya sudah tenang karena sudah menemukan rute angkutan ke UI Salemba seketika langsung melotot, "Yaa Allah, dimana lagi ini..?!", *Gubraaakkk #TengkurepNyungsepDiKasur
Panik melanda, walau sebenarnya sudah biasa diberi petunjuk sama Allah di detik-detik terakhir, tapi tetep wae masih dag dig dug trataptratap..
Saking benar-benar penasarannya saya dengan kepenulisan, berangkat juga akhirnya dengan berbekal bismillah, as always ~(^ v ^)~, mau nyampe mau tidak mah wallahua'lam.

Ba'da Shubuh jam 5 dari Karawang sampai di Stasiun Senen tepat jam 06.45 , segera saya menyeberang ke Terminal Senen. Yang di pikiran saya hanya bismillah tanya ke... emmm .. apa ya sebutannya buat abang-abang sama mpok-mpok yang biasa teriak-teriak nunjukin angkutan tuh...ya pokoknya tanya ke beliau-beliau itu lah, entah angkutannya ada ataupun tidak hahaha.
"Bang, maaf ya, kendaraan yang ke Rawamangun ada nggak ya?", pertanyaan yang aneh ya...saya juga heran kenapa tanyanya 'ada atau nggak', bukannya malah tanya 'yang mana ya'., hadeeehhh (-__-")a.
Barakallah, si abang langsung jawab sambil ketawa, "mau kemana lagi mbak? ada tuh naik 03 ye, tunggu aje disini bentaran juga lewat"
Nyengir dech saya, si abang sampe hafal saking seringnya tampang bloon saya muncul di situ, "hehehe iye Bang, ini mau ke Gedung Rabbani, itu lewat sana khan?"
"Ooo kesono, iye ntar turun pas di depannye, ntar pesen aja ama sopirnye ye", lebar langsung senyum saya, "waahhh alhamdulillah, makasih ye Bang".

Benar saja, metromini datang dan saya sudah duduk manis di dalamnya dengan jaminan dari si abang sopir yang ramah dan sopan bahwa saya akan diturunkan tepat di depan lokasi walaupun mesti lewat belakang karena jalan di tutup, biasa car-free day. Daaaaaannnn beberapa menit kemudian, saya sudah sampai dengan selamat di Gedung Pusat Rabbani, huwaaaaaaaa...*JingkrakJingkrakDalamHati.

Senang sekali bisa sampai di lokasi dan siap mengikuti acara, walaupun pastinya muka saya paling kucel, yach bisa dibayangkan jika saya berangkat ba'da subuh itu saya mandinya jam berapa. Bocoran sedikit ya, saya mandi jam 3 dan menempuh perjalanan dan acara dimulai pukul 9 dan kebayang dong yaaa  *\(^v^)/*

Selama mengikuti acara, konsentrasi benar-benar saya maksimalkan, tidak mau kehilangan ilmu apapun walau secuil *eaaLebayKakak.

Sesi pertama diisi Akhi Rahman, penulis buku I Believe plus founder @ManJaddaWaJadaa. Ngiri sama pemuda yang satu ini, masih muda tapi hidupnya sudah lurus sehingga penuh berkah, betapa bangga orang tuanya ya. Biarpun saya sudah tua, tetap beliau ini saya jadikan contoh untuk saya. Guru tuh datangnya dari mana saja dan boleh siapa saja to.

Lanjut ke sesi kedua diisi oleh Kang Arif Rahman Lubis, penulis buku Keajaiban Cinta Rasul dan sekaligus founder @Teladan Rasul. Beliau berbagi ilmu tentang bagaimana menuangkan ide menjadi sebentuk karya tulis yang bobotnya padat sekali menurut saya, sehingga mau kedip pun saya mikir beberapa kali, sayang banget kalau sampai ketinggalan satu kata saja. Judul presentasi beliau kalau tidak salah baca dari tulisan saya yang acak kadul adalah "Mengikat Ide Menuliskan Kata". Jelas tulisan saya berantakan karena mata fokus ke depan, tangan menulis apapun materi yang disampaikan, serasa jadi wartawan jadul yang kemana-mana bawa catatan kecil dan ballpoint hihihi

Next, beranjak ke sesi ketiga yang dimulai setelah jeda sholat dhuhur dan ngemil. Ketinggalan sedikit sich karena saya turun ke toilet dulu sama Nia. Oh iya Nia, hampir ketinggalan, disini bertambah lagi saudara dan satu yang akhirnya jadi akrab berlanjut di luar acara. Namanya Nia, manis dech orangnya, yang mau kenalan silahkan follow @nia_hnie hehehe. Well, kembali ke seminar, sesi ketiga ini diisi oleh Teh Nunung Fathur yang Subhanallah semangatnya buuukkk, salut sama beliau ini, biar sudah siang juga semangatnya patut dicontoh. Teh Nunung ini penulis buku Tausiyah Cinta dan sekaligus founder @SobatLoversh dan @TausiyahKu. Beliau berbagi pengalaman tentang bagaimana mulai membentuk komunitas dakwah dan apa saja keinginannya yang masih ingin diwujudkan di bidang dakwah. Terpukau benar saya, Ibu rumah tangga yang wow sekali. Cerewetnya mirip sekali sama ibu saya #ehh ampun Teteh ~(_ _"~), efek kangen ibu ini hiks.

Dan akhirnya sesi terakhir tiba, kali ini diisi oleh Mas Firdaus Agung dan Mbak Tri Prihantini dari Qultum Media. Beliau-beliau ini editor, subhanallah keren ya editor *ngilerLiatOrangCerdas. Nah, kali ini penjelasan dari sisi penerbit. Apa yang dicari penerbit, proses redaksional itu seperti apa, cara mengirim naskah itu bagaimana dan sebagainya dan lain-lainnya.

Sebagai penutup acara, panitia menyertakan sesi perkenalan dengan para admin di balik akun-akun dakwah yang bertebaran di twitland dan sesi foto bersama.
See, padat merayap sarat manfaat khan?!  Acara seperti ini yang saya suka, manfaatnya dapat walaupun biaya yang dikeluarkan tidak seberapa. Andai lebih mahal pun Insya Allah saya tetap akan ikut, beneran dech tidak ada satu kerugian pun yang saya temukan.

Sebelum pulang, saya dan Nia menyempatkan untuk mampir ke stand Sedekah Harian dan mendaftarkan diri untuk ikut berpartisipasi. Eh ternyata dapat kaleng kerupuk mini warna merah untuk ngumpulin sedekah harian di rumah hahaha. Fungsinya mirip seperti Kencleng edaran dari Daarut Tauhiid, tapi ini bentuknya kaleng kerupuk, lucu dech.

Di metromini dalam perjalanan balik ke terminal Senen dan akan menuju Stasiun Kemayoran, saya tersenyum mengingat kembali acara sehari itu, puas hati mengikutinya, tapi tiba-tiba......kkkrrrruuuuukkkkkk...ow ow...perut saya mulai menyanyikan senandung ratapan kelaparan. Waduh, sabar ya perut, baru ingat saya kalau dia sejak subuh belum terisi nasi. Nasi lho ya yang saya sebut karena walau disediakan snack dan saya sendiri bawa snack berat untuk pengganjal perut, tapi yang sering saya lupa adalah bahwa Saya warga Negara Indonesia asli, yang jika belum makan nasi maka belum sah dinamakan makan. _(>,<")_ xixixi


Tibalah saya di Stasiun Kemayoran di saat yang PAS dan TEPAT. Ya, TEPAT saat jendela loket ditutup dan PAS tulisan "TIKET HABIS" dipasang. Kebayang wajah bloon saya di depan loket dan itupun saya masih bertanya pada petugas loket, "Oh, tiketnya habis ya?" #doooooooooohhhhh... khan itu tulisannya bilang gitu...

"Yasuda Dy, tunggu kereta berikutnya 1,5 jam lagi. Nanti jam 10 juga sampai di Karawang ini", kata hati menenangkan.
What itu Apakaaahh???!!! Betapa jam 10 malam itu sesuatu. Coba si abang kondektur tadi tidak melongo wae sampai kelewat stasiunnya, saya khan tidak harus berjalan agak lumayan jauh biar bisa sampai sini. Tapi ya protes juga percuma, mestinya saya bersyukur bisa sampai stasiun tanpa patah kelingking atau keseleo kuku.
Sejurus kemudian terdengar teriakan..."horeeee sempat makan soto ayaaaammmm"...dan itu dari perut saya.. Astaghfirullah perutkuuuuuu....



PS : Ucapan terima kasih saya yang tak terhingga kepada Komunitas Aci dan para pemateri atas ilmu yang telah dibagi, Jazakumullah khairan katsiiran 


Para Admin dibalik akun dakwah di Twitland

Sesi Foto Bareng

Me and Nia (^-^)

Dari kiri ke kanan : Saya, Teh Nunung, Akhi Rahman, Nia, dan satu lagi siapa ya ini kemarin yang saya ajak foto bareng. Afwan, Mention ya ukhti (^-^)


READ MORE >>>

Thursday, December 12, 2013

Wahai Cermin, ingatkan diriku..



Di hampir setiap penolakan dalam sebuah ajakan pasti ada penerimaan, pun misal hanya sekali dalam tujuh kali. Mengalami hal itu juga khan?! Pasti, hampir setiap orang mengalaminya. Tidak terkecuali ajakan dalam kebaikan ataupun dalam keburukan. Dan tentu saja yang paling susah adalah mengajak dalam kebaikan. Lebih susah ngajak orang sholat ketimbang ngajak jalan-jalan ke mall bukan?! hehehe

Terasa sekali, gemes-gemes gimana gitu ya kalau diajak baik tapi ada saja dalihnya. Nah, berikut sedikit pengalaman 'gemes-gemesnya' saya.

Setiap kali dalam perjalanan atau sedang berada di suatu tempat dalam sebuah acara yang sedang saya ikuti, selalu saja dipertemukan dengan orang-orang yang bisa jadi teman ngobrol sepanjang jalan dan bahkan pertemanan/persaudaraan berlanjut meski tak saling bertemu dalam waktu yang lama. Dari obrolan simple sampai akhirnya membahas suatu kasus atau malah curhat...(^___^)a ..

Sampai suatu ketika ada yang mengeluhkan tentang minimnya fasilitas rohani di daerah sini dan ingin mengikuti kajian yang netral saja seperti di kampung halamannya. Minim disini dalam artian yang tanpa berharakah, cari yang netral-netral saja dan tidak ekstrim ajarannya, yang tidak kalah pentingnya ialah tidak menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Kebetulan karena kefakiran saya dalam ilmu agama,  saya akhirnya rutin mengikuti kajian-kajian dan seminar-seminar keagamaan, baik di seputaran wilayah Karawang maupun di Jakarta dan Bandung. Saya ajaklah orang-orang tersebut ke sebuah acara kajian seorang Ustadz yang seringkali muncul di TV nasional yang rutin diadakan tiap bulan, dan yang banyak jamaahnya (termasuk saya) meyakini bahwa Ustadz tersebut netral.

Dihantarkanlah sebuah alasan yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak secara halus, "Wah, kok Ustadz 'INI' mbak, Ustadz 'ITU' nggak ada ya? Kalau ada sih pingin ngikut Ustadz yang 'ITU' saja". *MasihSenyumManisIkhlasPoll

Ok, saya persembahkan sebuah jadwal sesuai permintaan, " Ada kok di minggu kedua, saya juga suka ikut". Dan tangkisan kedua dilancarkan, "Waduh, kok tengah bulan sih, tanggung bulan mbak, belum gajian". *SenyumManisPollNafasPanjang1x

Baiklah, jurus ketiga, "Ongkos kesana mah murah banget kok, cuman 15ribu sudah PP, tinggal kitanya aja mau nggak bangun lebih awal" *SempatTerlintasMauTraktirOngkosTransport. Tangkisan ketiga ternyata menyusul mendarat, "Tapi khan jauh, mana bawa anak tuh ribet banget, mesti bawa stroller kalo nggak bawa stroller khan berat ngegendongnya, bekal susu, baju ganti, bekal makannya, bekal ini itu..ah ribet dech pokoknya". Alasan seperti ini walaupun mau ditraktir ongkos juga suka susah  ~(-_-"^)...*CobaPertahankanPosisiSenyumTetapDiTempatnya.

Stay calm Dy, belum kelar, masih ada jurus lain, "Mmm, kalau gitu ikut kajian mingguan aja di masjid deket rumah, saya kalau pas kosong jadwal di luar juga suka ikut di situ". Tanggapan bagus saya terima, "Nah, boleh tuh, kapan mbak?". Jawaban saya, "Kajian mingguan, tiap Ahad pagi, Insya Allah Ahad ini juga ada".
Dan akhirnya .................
"Yaaaaaaaaa, minggu ini mudiiikkk, bla bla bla bla bla bla bla...."
JGEEEEEEEERRRRRR........
*TetapPertahankanSenyumNafasPanjang1xWalauHatiSudahBerasap ..... Hahahahaha....

Dan jawaban pamungkas saya mengingat nasehat para Ustadz untuk membalas dengan doa baik adalah, "Ya Udah, nggak papa, lain kali mungkin bisa ikut ya pak/bu, atau malah ngadain pengajian di rumah sendiri, ngundang ustadz-ustadz, wah SubhanAllah banget tuh"
*KaliIniNyengirKudaPalingManis *\(^-^)/*

Segala anak disebut merepotkan, ya kenapa mau punya anak? Begini ini saya jadi semakin salut dan hormat pada para orang tua jaman dulu. Sang Ibu menggandeng si Kakak di tangan sebelah kanan, menggendong si Adek dengan hanya sehelai kain selendang tanpa bantuan stroller lho, dengan perut masih buncit karena ada dedek bayi lagi di dalamnya. Hanya dibantu Sang Bapak membawakan tas besar berisi perbekalan untuk anak-anaknya. Bersama menempuh jarak yang tidak dekat dan dengan transportasi seadanya.
Mereka tidak manja, tidak mengeluh jauh, tidak mengeluh ribet, tidak mengeluh mahalnya ongkos, dan yang pasti tidak banyak alasan.

"Ah, belum ngerasain aja, makanya bisa komentar", hayoooo ada yang mikir gitu ya... *KedipKedip
Jangan suka su'udzon ah (Eh sayanya sendiri su'udzon ya? huehuehue maaf..maaf..). Tapi memang ketiga keponakan saya dari kecil sampai usia TK, saya gendong kemana-mana tuh tiap hari, sendirian, naik angkot, dengan tas segede gaban berisi perbekalan mereka. *SeruLho

Nah, ada alasan lain lagi yang biasa diajukan, "aih, ujan deres gini, mana kagak ada redanya dari tadi, bikin males keluar, becek, banjir, kotor kena lumpur. Kamu berangkat?", padahal jaraknya yang komentar dengan tempat kajian tidak lebih dari 10 menit, sedangkan saya 2,5 jam dalam hujan.

Masih mungkin jika saya memutuskan untuk balik ikut kereta berikutnya, tapi saya kehilangan ilmu dong. Pahalanya entah batal entah tidak, tapi yang saya yakini pahalanya tidak sempurna. Sedangkan battery iman saya perlu di recharge dan yang butuh ilmu adalah saya. Toh siapapun yang muslim saat dikubur nanti, baju satu-satunya yang dibawa akan berselimut tanah, lalu kenapa takut becek dan kotor terkena lumpur?!
Hanya karena takut terciprat sedikit lumpur, hilang kesempatan amalan baik hari ini walaupun banyak cara lain untuk beramal, tetapi belum tentu kesempatan yang sama hadir lagi. Yach sudahlah, mau ikut silahkan, kalaupun tidak juga bukan saya yang rugi.

Beda cerita dengan saat saya bertemu dengan mbak Vera bersama suami dan puteranya di kereta menuju Jakarta. Tanpa banyak alasan ataupun sekedar meninggalkan kesan baik, beliau langsung bilang, "Nanti kabari ya Dek kalau dapat jadwal kajian berikutnya. Insya Allah mbak ikut". See, beda to?!

Begitu juga dengan Vanny, seorang gadis belia asal Surabaya yang baru berusia 18 tahun dan baru memulai perkuliahan di Jakarta. Kami bertemu saat sama-sama mengikuti Kajian Bulanan Mujahid di Masjid Baitul Ilmi (Diknas) Jakarta. Singkat cerita, setelah ngobrol-ngobrol, saya ajak dia ikut kajian yang lain yang saya tahu jadwalnya. Gadis manis dan sederhana yang membuat saya iri ini langsung menjawab, "wah iya mbak, Insya Allah mau ikut".
Iri? Iya iri karena di usianya yang masih sangat belia, dia memanfaatkan waktunya dengan tepat. Beda sekali dengan saya saat masih seusianya, 12 tahun yang lalu. *langsungSedihKalauIngat
Pun ketika saya mendadak memberi kabar jadwal Kajian Tauhid oleh Aa Gym di Masjid Istiqlal sehari sebelum acara dilangsungkan, dia langsung mengiyakan, "Insya Allah mbak. Doakan semoga nggak ada yang menghalangi ya".
Dan besoknya, Vanny benar-benar hadir walau terburu-buru dan sedikit terlewat sesi kajian pertama karena harus menyelesaikan cuciannya dulu. Bisa saja dia berdalih, "wah mbak, lagi sibuk nih, banyak kerjaan di rumah", tapi Vanny tidak melakukannya.
Sama halnya ketika saya mengajak untuk mengikuti Seminar Kepenulisan, dia jujur menolak karena merasa tidak ada minat di bidang kepenulisan. Justru saya lebih hormat dengan kejujurannya menolak, ketimbang berdalih kemana-mana hanya agar tidak dinilai buruk.
SubhanAllah, betapa beruntung dan bersyukurnya orang tua yang memiliki putri seperti Vanny. Jujur, polos, walalupun di tempat dengan hingar bingar lingkungan ibukota.Semoga Allah selalu melindunginya dan merawatnya tetap terbungkus rapi oleh pelukan kejujuran dan kesederhanaan.

Vanny (no.2 dari kanan-hijab tosca), foto bareng di Masjid Baitul Ilmi (Diknas), Jakarta

Semua contoh kisah yang baik maupun kurang baik, bukan saya sudah merasa paling baik, sudah benar, dan paling suci. Woh, tentu tidak, justru karena saya tidak merasa seperti itu. Bagi saya pribadi, baik ataupun buruk sikap dan sifat orang lain adalah cermin-cermin yang dihadirkan Allah SWT untuk saya gunakan berkaca koreksi diri.
Saya juga seringkali terkalahkan oleh kemalasan, sering menyia-nyiakan kesempatan dan membiarkannya berlalu begitu saja tanpa saya mendapatkan apa-apa darinya.

Dari mereka semua saya belajar lebih tegas pada diri sendiri untuk berhenti menjadi setan atas diri saya sendiri.
No more lazy time, no more complaints, and no more space for bad habits.

Tetap berdoa mohon perlindungan agar terhindar dari tertular sifat dan sikap kurang tegas untuk memerangi keburukan diri sendiri.
Hamba berlindung padaMU Yaa Rabb-ku ..... أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

Terima kasih saya yang tak terhingga pada cermin-cermin kehidupan yang singgah atas izin Allah.


** Mohon maaf atas ketidak sempurnaan dalam posting ini
** Kisah dalam posting ini merupakan kumpulan dari banyak pengalaman saya dan juga rekan-rekan saya dan tidak bermaksud untuk menunjuk satu pihak, kecuali yang disebutkan namanya.
READ MORE >>>

Monday, December 9, 2013

Selarik Thalasemia dalam Kisahku



Menuliskan kembali titipan kisah dalam satu sesi kehidupan seorang sahabat saya. Kisah ini sudah lama dituturkannya via bbm, tapi saya masih mencari cara mengemas kisahnya agar tak berakibat mengurangi bahkan merusak esensinya. Karenanya butuh waktu agak lama hingga akhirnya tulisan ini bisa terpublish. Itu juga karena saya nyadar, sebaik apapun saya menyusunnya, tak akan pernah sempurna, karena sempurna itu murni hanya hak Allah. Bismillah, akhirnya saya biarkan jari ini bergerak, biar Allah yang menuntun untuk menyempurnakan penyampaiannya.
Berikut kisahnya berdasarkan chatting kami yg saya screen capture.

=== *** ===

Sebelum menikah, dokter sudah memvonisku terkena anemia akut, thypus, dan liver. Karena sakitku itu, dokter bilang aku bakal susah dapat keturunan.
 Aku menguatkan hati untuk bisa menyampaikan pada suamiku yang kala itu masih calon, "Jangan berharap punya anak dariku ya, dapet ya syukur nggak dapet ya sabar". Dan dia menjawab "Halah, udah nggak usah terlalu dipikirin".

Di awal pernikahan, aku sudah pasrah dan tidak lagi berharap sama sekali untuk bisa hamil. Tapi Allah mentakdirkan lain. Di usia pernikahan kami yang baru 3 bulan saat itu, ternyata aku hamil. Tentu saja ini sebuah kejutan dari Allah yang kami sambut dengan penuh puji syukur.

Mengingat latar belakang sakitku saat itu dan kehamilan pertama yang awalnya hanya mimpi indah, akhirnya aku rutin kontrol untuk memeriksakan kehamilanku. Tentu saja aku tidak ingin hal buruk menimpa janinku karena kondisiku.
Dari berbagai hasil lab, datanglah ujin baru lagi, muncul diagnosa yang semua dokter sepakat mengaminkan bahwa aku positif mengidap thalasemia. Sebuah penyakit karena faktor keturunan yang menyebabkan tubuhku tidak mampu memproduksi sel darah merah secara normal. Sedih, ya teramat sangat.

Tiga bulan pertama, hampir tiap hari aku pingsan. Karena tiga bulan masa emas pertumbuhan janin menyebabkan darahku harus bekerja extra keras untuk mensupply zat-zat yang dibutuhkan janinku.
Dokter pun berupaya membantuku dengan meresepkan obat-obatan extra untuk penambah darah. Menurut dokter, untuk pembentukan otak bayi diperlukan banyak oksigen yang seharusnya disupply oleh darah.

Dokter juga menyampaikan bahwa aku harus bersiap-siap  saat waktu persalinan tiba. Karena orang dengan thalasemia, jarang sekali ada yang bisa melahirkan normal. Harus ada tambahan donor darah. Minimal Hb 10, baru boleh melahirkan.

Bagai disambar petir bertubi-tubi tanpa sempat bernafas lega rasanya saat aku dan suamiku menjalani tiap skenario dalam babak itu. Tapi kami harus kuat demi buah hati yang kami rindukan.
Akhirnya, berdasarkan info dokter, aku segera menghubungi semua saudaraku yang bergolongan darah A.

Baru juga persiapan itu terselesaikan, Allah lagi-lagi mengirim ujian kepada kami. Di usia kehamilan yang baru menginjak 8,5 bulan, aku sudah mengalami kontraksi, dan sudah akan melahirkan. Sedangkan jika harus operasi, kami tidak ada biaya.
Di antara saat-saat genting, rasa bingung, cemas, sakit bercampur baur hingga entah apa rasanya, Kakak ipar yang saat itu mendampingi berkata, "Tenang aja, Dek. Khan ada Allah. Semuanya pasti lancar kalau kamu juga mikir begitu". Kata-kata yang menenangkanku seketika itu. Bismillah, aku pasrah saat kakakku dan keluargaku mengantarkanku ke seorang bidan untuk menjalani proses melahirkan.

Pasrahku rupanya berbuah pertolongan dari Allah. Alhamdulillah aku berhasil melahirkan dengan proses normal dan terhitung cepat disana. Hanya tiga jam dari pembukaan pertama. Lebih bersyukurnya lagi karena anakku lahir dengan sehat.

Memang manusia bisa berencana, tapi tetap keputusan ada di tangan Allah. Dan Allah selalu memberi jalan terbaik untuk hambaNya dri jalan yang bahkan tidak disangka-sangka.


===***===

Well, it's time for me to give another note for the story ya ...hehehe...
Dari beberapa sumber di dunia medis yang saya dapatkan, Thalasemia ini terjadi akibat satu atau lebih gen pengatur perintah produksi protein jenis globin. Protein ini adalah pembentuk hemoglobin (komponen sel darah merah pembawa oksigen), yang akhirnya pada penderita Thalasemia tidak bisa terproduksi dengan normal.
Gejala awal Thalasemia ini memang indikasinya ke arah anemia akut, thypus, dan liver. Mengapa liver? Sumber tersebut mengatakan bahwa hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah itu mengandung zat besi. Dan pada penderita Thalasemia, zat besi yang ditinggalkan oleh sel darah merah yang rusak itu menumpuk dalam organ jantung dan hati (liver).

Nah, itu jika dari segi medis. Lain lagi ceritanya jika dikembalikan dan dikaji dari sisi keimanan kita. Setiap kejadian dalam hidup tiap-tiap makhluk Allah sebenarnya adalah isyarat Allah untuk hanya bermohon kepadaNya.
Allah itu teramat baik, Maha Baik, Allah menghadirkan ujian dan coba selalu dengan jalan keluar yang mengiringinya. Tinggal kita yang sombong ini, mau atau tidak mrngambil jalan keluar itu untuk menyelesaikan kisah dengan indah. Menjadikan sebuah kisah yang berlimpah berkah dan hikmah.

QS. At-Thalaq: 2-4
" ...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (2).
Dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya . Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (3).
... Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (4)"

Untuk kisah sahabat saya ini, saya mengambil salah satu contoh firman Allah yang tercantum dalam surat At-Thalaq di atas. Sikap yang diambil sahabat saya dan keluarganya itu saya rasa patut dijadikan tauladan di zaman yang berhiaskan galau dengan bermacam rupa ini. Mereka mengikuti petunjuk Allah sehingga bisa dibilang akhirnya sahabat saya tersebut sudah membuktikan janji Allah yang pasti datangnya, pasti dan tepat.

Peringatan untuk kita semua terutama saya pribadi yang fakir namun sombong ini. Masih angkuhkah kita (saya) dengan tidak mengimaniNya? Lekas bosan meminta, berharap pada selain Allah, bahkan lebih memilih tergopoh-gopoh memenuhi panggilan bos ketimbang tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Allah. Namun, betapa luas kasih Allah, betapa lapang maafNya untuk kita, masih juga kita (saya) yang durhaka ini diberi keluasan kesempatan dan rezeki.

Saat masalah menyapa, Allah tidak perintahkan kita untuk memikirkan jalan keluar sehingga penat. Allah hanya meminta kita sabar dan sholat (doa dan hanya mengharap tuntunanNya). Datang pada Allah, minta pada Allah, berpasrah dan ikuti saja petunjuknya. Jangan pernah takut pada vonis apapun dan siapapun, karena yang layak kita takuti hanyalah murka Allah. Yuk, renungi dan segera bergegas merubah diri, melakukan segala hanya Lillah, hanya karena Allah.

Demikian panjang kisah yang saya sampaikan. Semoga bisa menggelitik hati untuk lebih menguatkan simpul iman.
Afwan atas segala kekurangan dalam penyampaian kisah ini.



READ MORE >>>

Tuesday, December 3, 2013

Yaa Rabb, Negeriku sakit



Bagi saya pribadi, tanggal 1 s/d 7 Desember 2013 sudah saya tandai sebagai MDN a.k.a Momen Duka Nasional. Semua pasti sudah bisa menebak arah bahasan saya, ya.. tentang program pemerintah dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia dengan menggelar PKN a.k.a PEKAN KONDOM NASIONAL, membagi-bagikan kondom dengan cuma-cuma di kampus-kampus dan pusat keramaian lainnya.
Mengapa saya sebut program pemerintah?
Karena pihak yang di complain saling tunjuk ke yang lain. " Bukan Menkes tapi program KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional) yang langsung diketuai oleh Presiden". Nah, info dari yang tahu dan paham tentang peraturan-peraturan atau ketetapan-ketetapan negara, wakil ketua KPAN itu ya Menkes. (-___-")a.
Bukankah pembentukan suatu tim kerja dalam organisasi itu untuk saling bekerjasama demi menyempurnakan program yang positif ?! Kalau ada yang salah ambil keputusan ya wajibnya yang lain untuk mengingatkan, begitu khan?!

Ok, siapapun penggeraknya lah ya,
Jika alasan yang dikemukakan adalah untuk mencegah peningkatan penyebaran virus HIV, maka sila baca TL Ust. Fatih Karim, Ust. Felix Siauw, Bpk. Jamil Azzaini, dan banyak yang lainnya mengulas tentang ini. Kurang lebih seperti berikut cuplikannya:
" Pori-pori kondom 1/60 mikron dalam kondisi normal dan membesar menjadi 1/6 mikron saat dipakai, sedangkan ukuran virus HIV hanya 1/250 mikron "
Maka, amankah? Bisa mencegahkah? Jangan berangkatkan jawaban langsung dari otak, serahkan ke hati dulu, baru olah sempurnakan di otak.

Mungkin bisa mencegah kehamilan, ya..saya bilang mungkin karena tidak ada setitik hal pun di dunia ini yang lepas dari kuasa dan kehendak Allah. Tapi ini bukan sekedar kehamilan, ini HIV, ini AIDS, beliau-beliau orang medis yang tentunya paham sekali akan hal tersebut, tapi mengapa malah melebarkan nampan dengan tidak memperingatkan?

Mengapa disebarkan di kampus-kampus? Apakah meyakini para mahasiswa tersebut pelaku utama free seks? Apakah menganggap perilaku itu sudah umum dilakukan mereka? Ataukah ada data yang mendukung misalnya mayoritas (dalam prosentase yang bisa disebutkan) penderita HIV/AIDS adalah dari kalangan mahasiswa, sehingga diputuskanlah bahwa tempat penyebaran kondom tersebut di kampus-kampus? Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa nanti bisa jadi bocah SD juga dibagi.

Program ini secara terang-terangan merampas kebebasan anak negeri. Bagaimana tidak, sila hitung sekarang, berapa banyak orang tua di masa kini yang tega melepaskan anak mereka untuk berangkat kemana-mana sendiri, pun jarak sejengkal di depan rumah?
Betapa makin beratnya tugas para orang tua yang harus super extra ketat mendidik dan melindungi buah hatinya.

Tidak bisakah pembesar negeri ini membuat program yang tidak menjijikkan? Walhal keluarganya, anak cucunya pun juga terancam efek program ini, mengapa diam? Sudah yakinkah bahwa keluarganya super aman?

Umat dari agama mana yang mengaminkan dan mengijinkan buah hatinya bersimbah maksiat?
Saya bukan orang suci, memang bukan. Juga bukan orang alim. Saya pendosa yang terus memohon penerimaan taubat, mencoba menghisab diri dalam taat. Tapi bukan berarti saya harus diam saja melihat maksiat yang jauh lebih parah membudaya di negeri ini.
"Ah, kayak gak pernah muda aja", justru karena pernah muda dan masih diberi kesempatan bertaubat seiring menua usia. Tapi yakinkah anak-anak kita akan berkesempatan menua?
Bisa jadi mereka menghadap terlebih dahulu sebelum sampai pada titik pertaubatan.

Semoga Allah melindungi kita dari rasa bosan ikut berteriak walau dianggap kentut yang merdu di telinga mereka.

Allah Yaa Qarib, ampunkan hamba karena memilih kalimat yang kasar ini, hamba takut pertanggung jawaban nanti karena mengetahui dan hidup di negeri sejuta luka oleh penguasa ini. Apa yang sudah hamba perbuat ketika terjadi hal ini? Ampunkan hamba...

Yaa Rabb'ku yang Maha Sempurna,
Walau dibiaskan sejuta tabir, kami yang bodoh ini Engkau beri paham bahwa program ini ditunggangi pihak-pihak yang berlimpah manfaat atas pelegalan ini.
Bukan kami tenggelam pada riuh kasus ini, tapi kami peduli akan rasa sakit negeri ini.
Lindungi kami dari halalnya azabMu
Lindungi penerus kami dalam damai kasihMu.
Allahu Rabbi, kasihi kami, kabulkan doa kami yang hina ini, sembuhkanlah negeri kami ini.




READ MORE >>>