Pages

Monday, December 9, 2013

Selarik Thalasemia dalam Kisahku



Menuliskan kembali titipan kisah dalam satu sesi kehidupan seorang sahabat saya. Kisah ini sudah lama dituturkannya via bbm, tapi saya masih mencari cara mengemas kisahnya agar tak berakibat mengurangi bahkan merusak esensinya. Karenanya butuh waktu agak lama hingga akhirnya tulisan ini bisa terpublish. Itu juga karena saya nyadar, sebaik apapun saya menyusunnya, tak akan pernah sempurna, karena sempurna itu murni hanya hak Allah. Bismillah, akhirnya saya biarkan jari ini bergerak, biar Allah yang menuntun untuk menyempurnakan penyampaiannya.
Berikut kisahnya berdasarkan chatting kami yg saya screen capture.

=== *** ===

Sebelum menikah, dokter sudah memvonisku terkena anemia akut, thypus, dan liver. Karena sakitku itu, dokter bilang aku bakal susah dapat keturunan.
 Aku menguatkan hati untuk bisa menyampaikan pada suamiku yang kala itu masih calon, "Jangan berharap punya anak dariku ya, dapet ya syukur nggak dapet ya sabar". Dan dia menjawab "Halah, udah nggak usah terlalu dipikirin".

Di awal pernikahan, aku sudah pasrah dan tidak lagi berharap sama sekali untuk bisa hamil. Tapi Allah mentakdirkan lain. Di usia pernikahan kami yang baru 3 bulan saat itu, ternyata aku hamil. Tentu saja ini sebuah kejutan dari Allah yang kami sambut dengan penuh puji syukur.

Mengingat latar belakang sakitku saat itu dan kehamilan pertama yang awalnya hanya mimpi indah, akhirnya aku rutin kontrol untuk memeriksakan kehamilanku. Tentu saja aku tidak ingin hal buruk menimpa janinku karena kondisiku.
Dari berbagai hasil lab, datanglah ujin baru lagi, muncul diagnosa yang semua dokter sepakat mengaminkan bahwa aku positif mengidap thalasemia. Sebuah penyakit karena faktor keturunan yang menyebabkan tubuhku tidak mampu memproduksi sel darah merah secara normal. Sedih, ya teramat sangat.

Tiga bulan pertama, hampir tiap hari aku pingsan. Karena tiga bulan masa emas pertumbuhan janin menyebabkan darahku harus bekerja extra keras untuk mensupply zat-zat yang dibutuhkan janinku.
Dokter pun berupaya membantuku dengan meresepkan obat-obatan extra untuk penambah darah. Menurut dokter, untuk pembentukan otak bayi diperlukan banyak oksigen yang seharusnya disupply oleh darah.

Dokter juga menyampaikan bahwa aku harus bersiap-siap  saat waktu persalinan tiba. Karena orang dengan thalasemia, jarang sekali ada yang bisa melahirkan normal. Harus ada tambahan donor darah. Minimal Hb 10, baru boleh melahirkan.

Bagai disambar petir bertubi-tubi tanpa sempat bernafas lega rasanya saat aku dan suamiku menjalani tiap skenario dalam babak itu. Tapi kami harus kuat demi buah hati yang kami rindukan.
Akhirnya, berdasarkan info dokter, aku segera menghubungi semua saudaraku yang bergolongan darah A.

Baru juga persiapan itu terselesaikan, Allah lagi-lagi mengirim ujian kepada kami. Di usia kehamilan yang baru menginjak 8,5 bulan, aku sudah mengalami kontraksi, dan sudah akan melahirkan. Sedangkan jika harus operasi, kami tidak ada biaya.
Di antara saat-saat genting, rasa bingung, cemas, sakit bercampur baur hingga entah apa rasanya, Kakak ipar yang saat itu mendampingi berkata, "Tenang aja, Dek. Khan ada Allah. Semuanya pasti lancar kalau kamu juga mikir begitu". Kata-kata yang menenangkanku seketika itu. Bismillah, aku pasrah saat kakakku dan keluargaku mengantarkanku ke seorang bidan untuk menjalani proses melahirkan.

Pasrahku rupanya berbuah pertolongan dari Allah. Alhamdulillah aku berhasil melahirkan dengan proses normal dan terhitung cepat disana. Hanya tiga jam dari pembukaan pertama. Lebih bersyukurnya lagi karena anakku lahir dengan sehat.

Memang manusia bisa berencana, tapi tetap keputusan ada di tangan Allah. Dan Allah selalu memberi jalan terbaik untuk hambaNya dri jalan yang bahkan tidak disangka-sangka.


===***===

Well, it's time for me to give another note for the story ya ...hehehe...
Dari beberapa sumber di dunia medis yang saya dapatkan, Thalasemia ini terjadi akibat satu atau lebih gen pengatur perintah produksi protein jenis globin. Protein ini adalah pembentuk hemoglobin (komponen sel darah merah pembawa oksigen), yang akhirnya pada penderita Thalasemia tidak bisa terproduksi dengan normal.
Gejala awal Thalasemia ini memang indikasinya ke arah anemia akut, thypus, dan liver. Mengapa liver? Sumber tersebut mengatakan bahwa hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah itu mengandung zat besi. Dan pada penderita Thalasemia, zat besi yang ditinggalkan oleh sel darah merah yang rusak itu menumpuk dalam organ jantung dan hati (liver).

Nah, itu jika dari segi medis. Lain lagi ceritanya jika dikembalikan dan dikaji dari sisi keimanan kita. Setiap kejadian dalam hidup tiap-tiap makhluk Allah sebenarnya adalah isyarat Allah untuk hanya bermohon kepadaNya.
Allah itu teramat baik, Maha Baik, Allah menghadirkan ujian dan coba selalu dengan jalan keluar yang mengiringinya. Tinggal kita yang sombong ini, mau atau tidak mrngambil jalan keluar itu untuk menyelesaikan kisah dengan indah. Menjadikan sebuah kisah yang berlimpah berkah dan hikmah.

QS. At-Thalaq: 2-4
" ...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (2).
Dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya . Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (3).
... Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (4)"

Untuk kisah sahabat saya ini, saya mengambil salah satu contoh firman Allah yang tercantum dalam surat At-Thalaq di atas. Sikap yang diambil sahabat saya dan keluarganya itu saya rasa patut dijadikan tauladan di zaman yang berhiaskan galau dengan bermacam rupa ini. Mereka mengikuti petunjuk Allah sehingga bisa dibilang akhirnya sahabat saya tersebut sudah membuktikan janji Allah yang pasti datangnya, pasti dan tepat.

Peringatan untuk kita semua terutama saya pribadi yang fakir namun sombong ini. Masih angkuhkah kita (saya) dengan tidak mengimaniNya? Lekas bosan meminta, berharap pada selain Allah, bahkan lebih memilih tergopoh-gopoh memenuhi panggilan bos ketimbang tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Allah. Namun, betapa luas kasih Allah, betapa lapang maafNya untuk kita, masih juga kita (saya) yang durhaka ini diberi keluasan kesempatan dan rezeki.

Saat masalah menyapa, Allah tidak perintahkan kita untuk memikirkan jalan keluar sehingga penat. Allah hanya meminta kita sabar dan sholat (doa dan hanya mengharap tuntunanNya). Datang pada Allah, minta pada Allah, berpasrah dan ikuti saja petunjuknya. Jangan pernah takut pada vonis apapun dan siapapun, karena yang layak kita takuti hanyalah murka Allah. Yuk, renungi dan segera bergegas merubah diri, melakukan segala hanya Lillah, hanya karena Allah.

Demikian panjang kisah yang saya sampaikan. Semoga bisa menggelitik hati untuk lebih menguatkan simpul iman.
Afwan atas segala kekurangan dalam penyampaian kisah ini.



No comments:

Post a Comment