Tulisan ini sebenarnya sudah agak lama saya buat saat mengikuti step by step tantangan menulis dari Bunda Sofie Beatrix di buku #KitabWriterPreuner. Bahkan sempat juga saya sharing di #Twitter dengan tag #rawatbuku.
Sengaja saya tulis kembali disini agar tidak tenggelam di antara banyaknya kicauan sehingga masih bisa dibaca lagi kapanpun, tanpa harus repot stalking ke belakang.
Let's mari kita mulaiiiiii.....!!!
Hari gini ya, siapa sih yang tidak mengenal buku? Adakah yang belum kenal dengan buku?
Saya persilahkan salaman dulu sama ATLAS #ehh wuekekek.
Seperti yang semua orang ketahui saat ini, minat terhadap buku memang tinggi sekali. Toko buku hampir tidak pernah ada sepinya. Seringkali saya berbarengan dengan sesama bookaholic (*istilah saya sendiri, dilarang protes!*), menyerbu toko buku terutama yang terpampang billboard besar
"DISC. UP TO 100%"
*woohoooooo I see heaven !!! ~(^.^ ~) ~(^.^)~ (~ ^.^)~.
Telaten sekali memilah dan memilih hampir semua item yang terpampang di rak-rak buku, seringkali mereka berhenti lama untuk satu buku, kemudian ditaruh lagi, tidak jadi dibeli, karena sudah selesai dibaca di tempat #weks
Betah berdiri dari toko baru buka sampai diusir penjaga karena toko sudah hampir tutup.
Kebiasaannya siapa hayooo, ngaku Cuuunnggg dooonnnggg !!!!
(*saya juga tersangka waktu SMA dulu wkwkwk*)
Tapi tidak sedikit juga yang langsung dimasukkan tas belanja hanya dengan membaca sinopsisnya saja. Ada yang hanya beli satu, tapi banyak pula yang sampai butuh trolley untuk mengusungnya sampai ke meja kasir .
(*termasuk saya ketika sudah gajian mwuehuehue*).
Ada yang memang benar-benar dibaca dan diserap manfaatnya, tapi banyak pula yang hanya ikut-ikutan ataupun lapar mata, sampai rumah tidak dibaca dan hanya ditumpuk begitu saja. (-,-")a
Nah, setelah dibaca ataupun setelah dibeli tanpa sempat terbaca, berapa banyak yang masih memikirkan nasib Si Pengantar Ilmu itu?
Hampir tak terpikirkan darimana kertas itu berasal dan butuh waktu berapa lama dari bibit hingga sampai menjadi kertas. Bagaimana kertas itu di mixing dengan kerja keras dan kecerdasan hingga akhirnya bisa menjadi sebuah buku yang layak baca?!
Bagi saya pribadi, buku itu punya jiwa.
Bagaimana ilmu yang dibaca mau menempel lama di pikiran jika habis manis bekasnya bernasib miris?! Rusak, diangkut ke tukang loak, digeletakkan begitu saja, bahkan tidak segan untuk melempar ke tempat sampah. Bukankah akan jauh lebih bermanfaat jika kita rawat untuk kemudian dihibahkan ke yang lebih membutuhkan?!
Jangan-jangan ada yang belum tahu cara merawat buku?! (o,O")a
Berangkat dari alasan tersebut, maka disini akan saya sharing kebiasaan saya dalam merawat buku-buku koleksi saya. Sila disimak dan semoga bermanfaat yeee....
Biasakan untuk langsung menyampul buku baru
Sampul bisa dari bahan apa saja yang penting rapi. Saya biasa menggunakan sampul mika dan saya press dengan heater supaya rapi, hasilnya mirip seperti di laminating. Jika sudah disampul, baru saya mau mulai menjelajah isinya.
Sampul bisa dari bahan apa saja yang penting rapi. Saya biasa menggunakan sampul mika dan saya press dengan heater supaya rapi, hasilnya mirip seperti di laminating. Jika sudah disampul, baru saya mau mulai menjelajah isinya.
Beri pembatas pada masing-masing buku
Terapkan satu buku satu pembatas. Hal ini berfungsi agar saat ingin membaca sebuah buku, kita tidak perlu repot-repot mencari pembatas sebagai penanda halaman terbaca.
Hindari untuk menandai halaman dengan lipatan walau hanya 1 cm disudut lembarnya.
Terapkan satu buku satu pembatas. Hal ini berfungsi agar saat ingin membaca sebuah buku, kita tidak perlu repot-repot mencari pembatas sebagai penanda halaman terbaca.
Hindari untuk menandai halaman dengan lipatan walau hanya 1 cm disudut lembarnya.
Tidak harus repot-repot membeli karena saat ini penerbit biasa menyertakan pembatas yang senada dengan buku yang mereka terbitkan. Tapi jika memang tidak ada, saya biasa membuat sendiri dari kertas bekas dan masih bagus yang tebal bermotif dan potong sesuai motif. Bisa juga dari kartu atm yang sudah kadaluwarsa, kartu nama, voucher discount, atau apa saja yang sudah tidak terpakai, contohnya seperti gambar yang ikut nampang di samping kanan ini xixixi...
Jangan kasar saat membuka lembarannya
Saya suka nyesek banget kalau lihat orang yang membuka lembaran buku seolah punya dendam dengan kertas itu dan kesannya "Kalo loe hancur, dendam gue terbalas!" wakakakak.
Buku juga bukan guling atau bantal, jadi jangan pernah diajak bobo bareng ya karena yang ada kita akan kerepotan me-rebonding tiap halamannya.
Satu hal yang penting sekali untuk diperhatikan, jangan pernah menggunakan ludah untuk memisahkan lembarannya yang masih lengket. Jorooookkkk !!!! ( 'o' )-o)>3<")
Perhatikan cara penyimpanan
Untuk memudahkan pencarian, perlu dibuatkan identitas di rak penyimpanannya.
Tata yang rapi sesuai dengan abjad judul, atau nama penulis, atau jenis buku.
Tambahkan juga katalog pada tiap rak.
Tempat penyimpanan harus kering dan terlindungi dari debu, karena pada ruang lembab, buku-buku tersebut akan mudah ditumbuhi jamur, bahkan disinggahi kutu-kutu buku dalam artian kutu yang sebenarnya ya.
Sorting
Jika almari penyimpanan sudah over-limit, lakukan sorting untuk menyeleksi buku mana saja yang masih perlu disimpan dan mana yang bisa dihibahkan.
Alternatif lainnya, bisa mulai disegerakan untuk memperlebar perpustakaan atau membuat perpustakaan gratis bagi yang membutuhkan.
Buku yang terawat memiliki kelayakan yang lebih lama untuk dibaca lebih banyak orang, hitung-hitung investasi pahala berbagi sarana.
Soooo.....
Tidak ada istilah tanda buku yang sering dibaca adalah buku yang kusut, karena bagi saya buku kusut itu bukan karena dibaca, melainkan karena ditimpa badan saat tidur. Jangan menghakimi buku berdasarkan ke-gembelan-nya ya...!!!
Sekian sharing tips dari saya, semoga ada manfaat yang bisa diambil. ~(^3^)/*