Pages

Tuesday, December 24, 2013

#MenggoresPenaMenggapaiSurga by @KomunitasACI



Bukan hal yang aneh lagi jika saya selalu heboh searching info angkutan umum setiap akan mengikuti suatu kegiatan di lokasi yang baru, maklum jika bertanya pun seringnya mendapat jawaban, "wah, kurang tahu tuh, soalnya biarpun tinggalnya dekat, tapi nggak pernah kesana-sana".
Begitu pula ketika saya ingin mengikuti seminar fantastik pada tanggal 15 Desember yang diadakan oleh Komunitas Aku Cinta Islam ini. Acara yang sedianya akan diadakan di Masjid A.R. Hakim UI Salemba, dipindahkan ke Gedung Pusat Rabbani di Rawamangun.
Jadiiiii.... saya yang tadinya sudah tenang karena sudah menemukan rute angkutan ke UI Salemba seketika langsung melotot, "Yaa Allah, dimana lagi ini..?!", *Gubraaakkk #TengkurepNyungsepDiKasur
Panik melanda, walau sebenarnya sudah biasa diberi petunjuk sama Allah di detik-detik terakhir, tapi tetep wae masih dag dig dug trataptratap..
Saking benar-benar penasarannya saya dengan kepenulisan, berangkat juga akhirnya dengan berbekal bismillah, as always ~(^ v ^)~, mau nyampe mau tidak mah wallahua'lam.

Ba'da Shubuh jam 5 dari Karawang sampai di Stasiun Senen tepat jam 06.45 , segera saya menyeberang ke Terminal Senen. Yang di pikiran saya hanya bismillah tanya ke... emmm .. apa ya sebutannya buat abang-abang sama mpok-mpok yang biasa teriak-teriak nunjukin angkutan tuh...ya pokoknya tanya ke beliau-beliau itu lah, entah angkutannya ada ataupun tidak hahaha.
"Bang, maaf ya, kendaraan yang ke Rawamangun ada nggak ya?", pertanyaan yang aneh ya...saya juga heran kenapa tanyanya 'ada atau nggak', bukannya malah tanya 'yang mana ya'., hadeeehhh (-__-")a.
Barakallah, si abang langsung jawab sambil ketawa, "mau kemana lagi mbak? ada tuh naik 03 ye, tunggu aje disini bentaran juga lewat"
Nyengir dech saya, si abang sampe hafal saking seringnya tampang bloon saya muncul di situ, "hehehe iye Bang, ini mau ke Gedung Rabbani, itu lewat sana khan?"
"Ooo kesono, iye ntar turun pas di depannye, ntar pesen aja ama sopirnye ye", lebar langsung senyum saya, "waahhh alhamdulillah, makasih ye Bang".

Benar saja, metromini datang dan saya sudah duduk manis di dalamnya dengan jaminan dari si abang sopir yang ramah dan sopan bahwa saya akan diturunkan tepat di depan lokasi walaupun mesti lewat belakang karena jalan di tutup, biasa car-free day. Daaaaaannnn beberapa menit kemudian, saya sudah sampai dengan selamat di Gedung Pusat Rabbani, huwaaaaaaaa...*JingkrakJingkrakDalamHati.

Senang sekali bisa sampai di lokasi dan siap mengikuti acara, walaupun pastinya muka saya paling kucel, yach bisa dibayangkan jika saya berangkat ba'da subuh itu saya mandinya jam berapa. Bocoran sedikit ya, saya mandi jam 3 dan menempuh perjalanan dan acara dimulai pukul 9 dan kebayang dong yaaa  *\(^v^)/*

Selama mengikuti acara, konsentrasi benar-benar saya maksimalkan, tidak mau kehilangan ilmu apapun walau secuil *eaaLebayKakak.

Sesi pertama diisi Akhi Rahman, penulis buku I Believe plus founder @ManJaddaWaJadaa. Ngiri sama pemuda yang satu ini, masih muda tapi hidupnya sudah lurus sehingga penuh berkah, betapa bangga orang tuanya ya. Biarpun saya sudah tua, tetap beliau ini saya jadikan contoh untuk saya. Guru tuh datangnya dari mana saja dan boleh siapa saja to.

Lanjut ke sesi kedua diisi oleh Kang Arif Rahman Lubis, penulis buku Keajaiban Cinta Rasul dan sekaligus founder @Teladan Rasul. Beliau berbagi ilmu tentang bagaimana menuangkan ide menjadi sebentuk karya tulis yang bobotnya padat sekali menurut saya, sehingga mau kedip pun saya mikir beberapa kali, sayang banget kalau sampai ketinggalan satu kata saja. Judul presentasi beliau kalau tidak salah baca dari tulisan saya yang acak kadul adalah "Mengikat Ide Menuliskan Kata". Jelas tulisan saya berantakan karena mata fokus ke depan, tangan menulis apapun materi yang disampaikan, serasa jadi wartawan jadul yang kemana-mana bawa catatan kecil dan ballpoint hihihi

Next, beranjak ke sesi ketiga yang dimulai setelah jeda sholat dhuhur dan ngemil. Ketinggalan sedikit sich karena saya turun ke toilet dulu sama Nia. Oh iya Nia, hampir ketinggalan, disini bertambah lagi saudara dan satu yang akhirnya jadi akrab berlanjut di luar acara. Namanya Nia, manis dech orangnya, yang mau kenalan silahkan follow @nia_hnie hehehe. Well, kembali ke seminar, sesi ketiga ini diisi oleh Teh Nunung Fathur yang Subhanallah semangatnya buuukkk, salut sama beliau ini, biar sudah siang juga semangatnya patut dicontoh. Teh Nunung ini penulis buku Tausiyah Cinta dan sekaligus founder @SobatLoversh dan @TausiyahKu. Beliau berbagi pengalaman tentang bagaimana mulai membentuk komunitas dakwah dan apa saja keinginannya yang masih ingin diwujudkan di bidang dakwah. Terpukau benar saya, Ibu rumah tangga yang wow sekali. Cerewetnya mirip sekali sama ibu saya #ehh ampun Teteh ~(_ _"~), efek kangen ibu ini hiks.

Dan akhirnya sesi terakhir tiba, kali ini diisi oleh Mas Firdaus Agung dan Mbak Tri Prihantini dari Qultum Media. Beliau-beliau ini editor, subhanallah keren ya editor *ngilerLiatOrangCerdas. Nah, kali ini penjelasan dari sisi penerbit. Apa yang dicari penerbit, proses redaksional itu seperti apa, cara mengirim naskah itu bagaimana dan sebagainya dan lain-lainnya.

Sebagai penutup acara, panitia menyertakan sesi perkenalan dengan para admin di balik akun-akun dakwah yang bertebaran di twitland dan sesi foto bersama.
See, padat merayap sarat manfaat khan?!  Acara seperti ini yang saya suka, manfaatnya dapat walaupun biaya yang dikeluarkan tidak seberapa. Andai lebih mahal pun Insya Allah saya tetap akan ikut, beneran dech tidak ada satu kerugian pun yang saya temukan.

Sebelum pulang, saya dan Nia menyempatkan untuk mampir ke stand Sedekah Harian dan mendaftarkan diri untuk ikut berpartisipasi. Eh ternyata dapat kaleng kerupuk mini warna merah untuk ngumpulin sedekah harian di rumah hahaha. Fungsinya mirip seperti Kencleng edaran dari Daarut Tauhiid, tapi ini bentuknya kaleng kerupuk, lucu dech.

Di metromini dalam perjalanan balik ke terminal Senen dan akan menuju Stasiun Kemayoran, saya tersenyum mengingat kembali acara sehari itu, puas hati mengikutinya, tapi tiba-tiba......kkkrrrruuuuukkkkkk...ow ow...perut saya mulai menyanyikan senandung ratapan kelaparan. Waduh, sabar ya perut, baru ingat saya kalau dia sejak subuh belum terisi nasi. Nasi lho ya yang saya sebut karena walau disediakan snack dan saya sendiri bawa snack berat untuk pengganjal perut, tapi yang sering saya lupa adalah bahwa Saya warga Negara Indonesia asli, yang jika belum makan nasi maka belum sah dinamakan makan. _(>,<")_ xixixi


Tibalah saya di Stasiun Kemayoran di saat yang PAS dan TEPAT. Ya, TEPAT saat jendela loket ditutup dan PAS tulisan "TIKET HABIS" dipasang. Kebayang wajah bloon saya di depan loket dan itupun saya masih bertanya pada petugas loket, "Oh, tiketnya habis ya?" #doooooooooohhhhh... khan itu tulisannya bilang gitu...

"Yasuda Dy, tunggu kereta berikutnya 1,5 jam lagi. Nanti jam 10 juga sampai di Karawang ini", kata hati menenangkan.
What itu Apakaaahh???!!! Betapa jam 10 malam itu sesuatu. Coba si abang kondektur tadi tidak melongo wae sampai kelewat stasiunnya, saya khan tidak harus berjalan agak lumayan jauh biar bisa sampai sini. Tapi ya protes juga percuma, mestinya saya bersyukur bisa sampai stasiun tanpa patah kelingking atau keseleo kuku.
Sejurus kemudian terdengar teriakan..."horeeee sempat makan soto ayaaaammmm"...dan itu dari perut saya.. Astaghfirullah perutkuuuuuu....



PS : Ucapan terima kasih saya yang tak terhingga kepada Komunitas Aci dan para pemateri atas ilmu yang telah dibagi, Jazakumullah khairan katsiiran 


Para Admin dibalik akun dakwah di Twitland

Sesi Foto Bareng

Me and Nia (^-^)

Dari kiri ke kanan : Saya, Teh Nunung, Akhi Rahman, Nia, dan satu lagi siapa ya ini kemarin yang saya ajak foto bareng. Afwan, Mention ya ukhti (^-^)


READ MORE >>>

Thursday, December 12, 2013

Wahai Cermin, ingatkan diriku..



Di hampir setiap penolakan dalam sebuah ajakan pasti ada penerimaan, pun misal hanya sekali dalam tujuh kali. Mengalami hal itu juga khan?! Pasti, hampir setiap orang mengalaminya. Tidak terkecuali ajakan dalam kebaikan ataupun dalam keburukan. Dan tentu saja yang paling susah adalah mengajak dalam kebaikan. Lebih susah ngajak orang sholat ketimbang ngajak jalan-jalan ke mall bukan?! hehehe

Terasa sekali, gemes-gemes gimana gitu ya kalau diajak baik tapi ada saja dalihnya. Nah, berikut sedikit pengalaman 'gemes-gemesnya' saya.

Setiap kali dalam perjalanan atau sedang berada di suatu tempat dalam sebuah acara yang sedang saya ikuti, selalu saja dipertemukan dengan orang-orang yang bisa jadi teman ngobrol sepanjang jalan dan bahkan pertemanan/persaudaraan berlanjut meski tak saling bertemu dalam waktu yang lama. Dari obrolan simple sampai akhirnya membahas suatu kasus atau malah curhat...(^___^)a ..

Sampai suatu ketika ada yang mengeluhkan tentang minimnya fasilitas rohani di daerah sini dan ingin mengikuti kajian yang netral saja seperti di kampung halamannya. Minim disini dalam artian yang tanpa berharakah, cari yang netral-netral saja dan tidak ekstrim ajarannya, yang tidak kalah pentingnya ialah tidak menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Kebetulan karena kefakiran saya dalam ilmu agama,  saya akhirnya rutin mengikuti kajian-kajian dan seminar-seminar keagamaan, baik di seputaran wilayah Karawang maupun di Jakarta dan Bandung. Saya ajaklah orang-orang tersebut ke sebuah acara kajian seorang Ustadz yang seringkali muncul di TV nasional yang rutin diadakan tiap bulan, dan yang banyak jamaahnya (termasuk saya) meyakini bahwa Ustadz tersebut netral.

Dihantarkanlah sebuah alasan yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak secara halus, "Wah, kok Ustadz 'INI' mbak, Ustadz 'ITU' nggak ada ya? Kalau ada sih pingin ngikut Ustadz yang 'ITU' saja". *MasihSenyumManisIkhlasPoll

Ok, saya persembahkan sebuah jadwal sesuai permintaan, " Ada kok di minggu kedua, saya juga suka ikut". Dan tangkisan kedua dilancarkan, "Waduh, kok tengah bulan sih, tanggung bulan mbak, belum gajian". *SenyumManisPollNafasPanjang1x

Baiklah, jurus ketiga, "Ongkos kesana mah murah banget kok, cuman 15ribu sudah PP, tinggal kitanya aja mau nggak bangun lebih awal" *SempatTerlintasMauTraktirOngkosTransport. Tangkisan ketiga ternyata menyusul mendarat, "Tapi khan jauh, mana bawa anak tuh ribet banget, mesti bawa stroller kalo nggak bawa stroller khan berat ngegendongnya, bekal susu, baju ganti, bekal makannya, bekal ini itu..ah ribet dech pokoknya". Alasan seperti ini walaupun mau ditraktir ongkos juga suka susah  ~(-_-"^)...*CobaPertahankanPosisiSenyumTetapDiTempatnya.

Stay calm Dy, belum kelar, masih ada jurus lain, "Mmm, kalau gitu ikut kajian mingguan aja di masjid deket rumah, saya kalau pas kosong jadwal di luar juga suka ikut di situ". Tanggapan bagus saya terima, "Nah, boleh tuh, kapan mbak?". Jawaban saya, "Kajian mingguan, tiap Ahad pagi, Insya Allah Ahad ini juga ada".
Dan akhirnya .................
"Yaaaaaaaaa, minggu ini mudiiikkk, bla bla bla bla bla bla bla...."
JGEEEEEEEERRRRRR........
*TetapPertahankanSenyumNafasPanjang1xWalauHatiSudahBerasap ..... Hahahahaha....

Dan jawaban pamungkas saya mengingat nasehat para Ustadz untuk membalas dengan doa baik adalah, "Ya Udah, nggak papa, lain kali mungkin bisa ikut ya pak/bu, atau malah ngadain pengajian di rumah sendiri, ngundang ustadz-ustadz, wah SubhanAllah banget tuh"
*KaliIniNyengirKudaPalingManis *\(^-^)/*

Segala anak disebut merepotkan, ya kenapa mau punya anak? Begini ini saya jadi semakin salut dan hormat pada para orang tua jaman dulu. Sang Ibu menggandeng si Kakak di tangan sebelah kanan, menggendong si Adek dengan hanya sehelai kain selendang tanpa bantuan stroller lho, dengan perut masih buncit karena ada dedek bayi lagi di dalamnya. Hanya dibantu Sang Bapak membawakan tas besar berisi perbekalan untuk anak-anaknya. Bersama menempuh jarak yang tidak dekat dan dengan transportasi seadanya.
Mereka tidak manja, tidak mengeluh jauh, tidak mengeluh ribet, tidak mengeluh mahalnya ongkos, dan yang pasti tidak banyak alasan.

"Ah, belum ngerasain aja, makanya bisa komentar", hayoooo ada yang mikir gitu ya... *KedipKedip
Jangan suka su'udzon ah (Eh sayanya sendiri su'udzon ya? huehuehue maaf..maaf..). Tapi memang ketiga keponakan saya dari kecil sampai usia TK, saya gendong kemana-mana tuh tiap hari, sendirian, naik angkot, dengan tas segede gaban berisi perbekalan mereka. *SeruLho

Nah, ada alasan lain lagi yang biasa diajukan, "aih, ujan deres gini, mana kagak ada redanya dari tadi, bikin males keluar, becek, banjir, kotor kena lumpur. Kamu berangkat?", padahal jaraknya yang komentar dengan tempat kajian tidak lebih dari 10 menit, sedangkan saya 2,5 jam dalam hujan.

Masih mungkin jika saya memutuskan untuk balik ikut kereta berikutnya, tapi saya kehilangan ilmu dong. Pahalanya entah batal entah tidak, tapi yang saya yakini pahalanya tidak sempurna. Sedangkan battery iman saya perlu di recharge dan yang butuh ilmu adalah saya. Toh siapapun yang muslim saat dikubur nanti, baju satu-satunya yang dibawa akan berselimut tanah, lalu kenapa takut becek dan kotor terkena lumpur?!
Hanya karena takut terciprat sedikit lumpur, hilang kesempatan amalan baik hari ini walaupun banyak cara lain untuk beramal, tetapi belum tentu kesempatan yang sama hadir lagi. Yach sudahlah, mau ikut silahkan, kalaupun tidak juga bukan saya yang rugi.

Beda cerita dengan saat saya bertemu dengan mbak Vera bersama suami dan puteranya di kereta menuju Jakarta. Tanpa banyak alasan ataupun sekedar meninggalkan kesan baik, beliau langsung bilang, "Nanti kabari ya Dek kalau dapat jadwal kajian berikutnya. Insya Allah mbak ikut". See, beda to?!

Begitu juga dengan Vanny, seorang gadis belia asal Surabaya yang baru berusia 18 tahun dan baru memulai perkuliahan di Jakarta. Kami bertemu saat sama-sama mengikuti Kajian Bulanan Mujahid di Masjid Baitul Ilmi (Diknas) Jakarta. Singkat cerita, setelah ngobrol-ngobrol, saya ajak dia ikut kajian yang lain yang saya tahu jadwalnya. Gadis manis dan sederhana yang membuat saya iri ini langsung menjawab, "wah iya mbak, Insya Allah mau ikut".
Iri? Iya iri karena di usianya yang masih sangat belia, dia memanfaatkan waktunya dengan tepat. Beda sekali dengan saya saat masih seusianya, 12 tahun yang lalu. *langsungSedihKalauIngat
Pun ketika saya mendadak memberi kabar jadwal Kajian Tauhid oleh Aa Gym di Masjid Istiqlal sehari sebelum acara dilangsungkan, dia langsung mengiyakan, "Insya Allah mbak. Doakan semoga nggak ada yang menghalangi ya".
Dan besoknya, Vanny benar-benar hadir walau terburu-buru dan sedikit terlewat sesi kajian pertama karena harus menyelesaikan cuciannya dulu. Bisa saja dia berdalih, "wah mbak, lagi sibuk nih, banyak kerjaan di rumah", tapi Vanny tidak melakukannya.
Sama halnya ketika saya mengajak untuk mengikuti Seminar Kepenulisan, dia jujur menolak karena merasa tidak ada minat di bidang kepenulisan. Justru saya lebih hormat dengan kejujurannya menolak, ketimbang berdalih kemana-mana hanya agar tidak dinilai buruk.
SubhanAllah, betapa beruntung dan bersyukurnya orang tua yang memiliki putri seperti Vanny. Jujur, polos, walalupun di tempat dengan hingar bingar lingkungan ibukota.Semoga Allah selalu melindunginya dan merawatnya tetap terbungkus rapi oleh pelukan kejujuran dan kesederhanaan.

Vanny (no.2 dari kanan-hijab tosca), foto bareng di Masjid Baitul Ilmi (Diknas), Jakarta

Semua contoh kisah yang baik maupun kurang baik, bukan saya sudah merasa paling baik, sudah benar, dan paling suci. Woh, tentu tidak, justru karena saya tidak merasa seperti itu. Bagi saya pribadi, baik ataupun buruk sikap dan sifat orang lain adalah cermin-cermin yang dihadirkan Allah SWT untuk saya gunakan berkaca koreksi diri.
Saya juga seringkali terkalahkan oleh kemalasan, sering menyia-nyiakan kesempatan dan membiarkannya berlalu begitu saja tanpa saya mendapatkan apa-apa darinya.

Dari mereka semua saya belajar lebih tegas pada diri sendiri untuk berhenti menjadi setan atas diri saya sendiri.
No more lazy time, no more complaints, and no more space for bad habits.

Tetap berdoa mohon perlindungan agar terhindar dari tertular sifat dan sikap kurang tegas untuk memerangi keburukan diri sendiri.
Hamba berlindung padaMU Yaa Rabb-ku ..... أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

Terima kasih saya yang tak terhingga pada cermin-cermin kehidupan yang singgah atas izin Allah.


** Mohon maaf atas ketidak sempurnaan dalam posting ini
** Kisah dalam posting ini merupakan kumpulan dari banyak pengalaman saya dan juga rekan-rekan saya dan tidak bermaksud untuk menunjuk satu pihak, kecuali yang disebutkan namanya.
READ MORE >>>

Monday, December 9, 2013

Selarik Thalasemia dalam Kisahku



Menuliskan kembali titipan kisah dalam satu sesi kehidupan seorang sahabat saya. Kisah ini sudah lama dituturkannya via bbm, tapi saya masih mencari cara mengemas kisahnya agar tak berakibat mengurangi bahkan merusak esensinya. Karenanya butuh waktu agak lama hingga akhirnya tulisan ini bisa terpublish. Itu juga karena saya nyadar, sebaik apapun saya menyusunnya, tak akan pernah sempurna, karena sempurna itu murni hanya hak Allah. Bismillah, akhirnya saya biarkan jari ini bergerak, biar Allah yang menuntun untuk menyempurnakan penyampaiannya.
Berikut kisahnya berdasarkan chatting kami yg saya screen capture.

=== *** ===

Sebelum menikah, dokter sudah memvonisku terkena anemia akut, thypus, dan liver. Karena sakitku itu, dokter bilang aku bakal susah dapat keturunan.
 Aku menguatkan hati untuk bisa menyampaikan pada suamiku yang kala itu masih calon, "Jangan berharap punya anak dariku ya, dapet ya syukur nggak dapet ya sabar". Dan dia menjawab "Halah, udah nggak usah terlalu dipikirin".

Di awal pernikahan, aku sudah pasrah dan tidak lagi berharap sama sekali untuk bisa hamil. Tapi Allah mentakdirkan lain. Di usia pernikahan kami yang baru 3 bulan saat itu, ternyata aku hamil. Tentu saja ini sebuah kejutan dari Allah yang kami sambut dengan penuh puji syukur.

Mengingat latar belakang sakitku saat itu dan kehamilan pertama yang awalnya hanya mimpi indah, akhirnya aku rutin kontrol untuk memeriksakan kehamilanku. Tentu saja aku tidak ingin hal buruk menimpa janinku karena kondisiku.
Dari berbagai hasil lab, datanglah ujin baru lagi, muncul diagnosa yang semua dokter sepakat mengaminkan bahwa aku positif mengidap thalasemia. Sebuah penyakit karena faktor keturunan yang menyebabkan tubuhku tidak mampu memproduksi sel darah merah secara normal. Sedih, ya teramat sangat.

Tiga bulan pertama, hampir tiap hari aku pingsan. Karena tiga bulan masa emas pertumbuhan janin menyebabkan darahku harus bekerja extra keras untuk mensupply zat-zat yang dibutuhkan janinku.
Dokter pun berupaya membantuku dengan meresepkan obat-obatan extra untuk penambah darah. Menurut dokter, untuk pembentukan otak bayi diperlukan banyak oksigen yang seharusnya disupply oleh darah.

Dokter juga menyampaikan bahwa aku harus bersiap-siap  saat waktu persalinan tiba. Karena orang dengan thalasemia, jarang sekali ada yang bisa melahirkan normal. Harus ada tambahan donor darah. Minimal Hb 10, baru boleh melahirkan.

Bagai disambar petir bertubi-tubi tanpa sempat bernafas lega rasanya saat aku dan suamiku menjalani tiap skenario dalam babak itu. Tapi kami harus kuat demi buah hati yang kami rindukan.
Akhirnya, berdasarkan info dokter, aku segera menghubungi semua saudaraku yang bergolongan darah A.

Baru juga persiapan itu terselesaikan, Allah lagi-lagi mengirim ujian kepada kami. Di usia kehamilan yang baru menginjak 8,5 bulan, aku sudah mengalami kontraksi, dan sudah akan melahirkan. Sedangkan jika harus operasi, kami tidak ada biaya.
Di antara saat-saat genting, rasa bingung, cemas, sakit bercampur baur hingga entah apa rasanya, Kakak ipar yang saat itu mendampingi berkata, "Tenang aja, Dek. Khan ada Allah. Semuanya pasti lancar kalau kamu juga mikir begitu". Kata-kata yang menenangkanku seketika itu. Bismillah, aku pasrah saat kakakku dan keluargaku mengantarkanku ke seorang bidan untuk menjalani proses melahirkan.

Pasrahku rupanya berbuah pertolongan dari Allah. Alhamdulillah aku berhasil melahirkan dengan proses normal dan terhitung cepat disana. Hanya tiga jam dari pembukaan pertama. Lebih bersyukurnya lagi karena anakku lahir dengan sehat.

Memang manusia bisa berencana, tapi tetap keputusan ada di tangan Allah. Dan Allah selalu memberi jalan terbaik untuk hambaNya dri jalan yang bahkan tidak disangka-sangka.


===***===

Well, it's time for me to give another note for the story ya ...hehehe...
Dari beberapa sumber di dunia medis yang saya dapatkan, Thalasemia ini terjadi akibat satu atau lebih gen pengatur perintah produksi protein jenis globin. Protein ini adalah pembentuk hemoglobin (komponen sel darah merah pembawa oksigen), yang akhirnya pada penderita Thalasemia tidak bisa terproduksi dengan normal.
Gejala awal Thalasemia ini memang indikasinya ke arah anemia akut, thypus, dan liver. Mengapa liver? Sumber tersebut mengatakan bahwa hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah itu mengandung zat besi. Dan pada penderita Thalasemia, zat besi yang ditinggalkan oleh sel darah merah yang rusak itu menumpuk dalam organ jantung dan hati (liver).

Nah, itu jika dari segi medis. Lain lagi ceritanya jika dikembalikan dan dikaji dari sisi keimanan kita. Setiap kejadian dalam hidup tiap-tiap makhluk Allah sebenarnya adalah isyarat Allah untuk hanya bermohon kepadaNya.
Allah itu teramat baik, Maha Baik, Allah menghadirkan ujian dan coba selalu dengan jalan keluar yang mengiringinya. Tinggal kita yang sombong ini, mau atau tidak mrngambil jalan keluar itu untuk menyelesaikan kisah dengan indah. Menjadikan sebuah kisah yang berlimpah berkah dan hikmah.

QS. At-Thalaq: 2-4
" ...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (2).
Dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya . Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (3).
... Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (4)"

Untuk kisah sahabat saya ini, saya mengambil salah satu contoh firman Allah yang tercantum dalam surat At-Thalaq di atas. Sikap yang diambil sahabat saya dan keluarganya itu saya rasa patut dijadikan tauladan di zaman yang berhiaskan galau dengan bermacam rupa ini. Mereka mengikuti petunjuk Allah sehingga bisa dibilang akhirnya sahabat saya tersebut sudah membuktikan janji Allah yang pasti datangnya, pasti dan tepat.

Peringatan untuk kita semua terutama saya pribadi yang fakir namun sombong ini. Masih angkuhkah kita (saya) dengan tidak mengimaniNya? Lekas bosan meminta, berharap pada selain Allah, bahkan lebih memilih tergopoh-gopoh memenuhi panggilan bos ketimbang tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Allah. Namun, betapa luas kasih Allah, betapa lapang maafNya untuk kita, masih juga kita (saya) yang durhaka ini diberi keluasan kesempatan dan rezeki.

Saat masalah menyapa, Allah tidak perintahkan kita untuk memikirkan jalan keluar sehingga penat. Allah hanya meminta kita sabar dan sholat (doa dan hanya mengharap tuntunanNya). Datang pada Allah, minta pada Allah, berpasrah dan ikuti saja petunjuknya. Jangan pernah takut pada vonis apapun dan siapapun, karena yang layak kita takuti hanyalah murka Allah. Yuk, renungi dan segera bergegas merubah diri, melakukan segala hanya Lillah, hanya karena Allah.

Demikian panjang kisah yang saya sampaikan. Semoga bisa menggelitik hati untuk lebih menguatkan simpul iman.
Afwan atas segala kekurangan dalam penyampaian kisah ini.



READ MORE >>>

Tuesday, December 3, 2013

Yaa Rabb, Negeriku sakit



Bagi saya pribadi, tanggal 1 s/d 7 Desember 2013 sudah saya tandai sebagai MDN a.k.a Momen Duka Nasional. Semua pasti sudah bisa menebak arah bahasan saya, ya.. tentang program pemerintah dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia dengan menggelar PKN a.k.a PEKAN KONDOM NASIONAL, membagi-bagikan kondom dengan cuma-cuma di kampus-kampus dan pusat keramaian lainnya.
Mengapa saya sebut program pemerintah?
Karena pihak yang di complain saling tunjuk ke yang lain. " Bukan Menkes tapi program KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional) yang langsung diketuai oleh Presiden". Nah, info dari yang tahu dan paham tentang peraturan-peraturan atau ketetapan-ketetapan negara, wakil ketua KPAN itu ya Menkes. (-___-")a.
Bukankah pembentukan suatu tim kerja dalam organisasi itu untuk saling bekerjasama demi menyempurnakan program yang positif ?! Kalau ada yang salah ambil keputusan ya wajibnya yang lain untuk mengingatkan, begitu khan?!

Ok, siapapun penggeraknya lah ya,
Jika alasan yang dikemukakan adalah untuk mencegah peningkatan penyebaran virus HIV, maka sila baca TL Ust. Fatih Karim, Ust. Felix Siauw, Bpk. Jamil Azzaini, dan banyak yang lainnya mengulas tentang ini. Kurang lebih seperti berikut cuplikannya:
" Pori-pori kondom 1/60 mikron dalam kondisi normal dan membesar menjadi 1/6 mikron saat dipakai, sedangkan ukuran virus HIV hanya 1/250 mikron "
Maka, amankah? Bisa mencegahkah? Jangan berangkatkan jawaban langsung dari otak, serahkan ke hati dulu, baru olah sempurnakan di otak.

Mungkin bisa mencegah kehamilan, ya..saya bilang mungkin karena tidak ada setitik hal pun di dunia ini yang lepas dari kuasa dan kehendak Allah. Tapi ini bukan sekedar kehamilan, ini HIV, ini AIDS, beliau-beliau orang medis yang tentunya paham sekali akan hal tersebut, tapi mengapa malah melebarkan nampan dengan tidak memperingatkan?

Mengapa disebarkan di kampus-kampus? Apakah meyakini para mahasiswa tersebut pelaku utama free seks? Apakah menganggap perilaku itu sudah umum dilakukan mereka? Ataukah ada data yang mendukung misalnya mayoritas (dalam prosentase yang bisa disebutkan) penderita HIV/AIDS adalah dari kalangan mahasiswa, sehingga diputuskanlah bahwa tempat penyebaran kondom tersebut di kampus-kampus? Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa nanti bisa jadi bocah SD juga dibagi.

Program ini secara terang-terangan merampas kebebasan anak negeri. Bagaimana tidak, sila hitung sekarang, berapa banyak orang tua di masa kini yang tega melepaskan anak mereka untuk berangkat kemana-mana sendiri, pun jarak sejengkal di depan rumah?
Betapa makin beratnya tugas para orang tua yang harus super extra ketat mendidik dan melindungi buah hatinya.

Tidak bisakah pembesar negeri ini membuat program yang tidak menjijikkan? Walhal keluarganya, anak cucunya pun juga terancam efek program ini, mengapa diam? Sudah yakinkah bahwa keluarganya super aman?

Umat dari agama mana yang mengaminkan dan mengijinkan buah hatinya bersimbah maksiat?
Saya bukan orang suci, memang bukan. Juga bukan orang alim. Saya pendosa yang terus memohon penerimaan taubat, mencoba menghisab diri dalam taat. Tapi bukan berarti saya harus diam saja melihat maksiat yang jauh lebih parah membudaya di negeri ini.
"Ah, kayak gak pernah muda aja", justru karena pernah muda dan masih diberi kesempatan bertaubat seiring menua usia. Tapi yakinkah anak-anak kita akan berkesempatan menua?
Bisa jadi mereka menghadap terlebih dahulu sebelum sampai pada titik pertaubatan.

Semoga Allah melindungi kita dari rasa bosan ikut berteriak walau dianggap kentut yang merdu di telinga mereka.

Allah Yaa Qarib, ampunkan hamba karena memilih kalimat yang kasar ini, hamba takut pertanggung jawaban nanti karena mengetahui dan hidup di negeri sejuta luka oleh penguasa ini. Apa yang sudah hamba perbuat ketika terjadi hal ini? Ampunkan hamba...

Yaa Rabb'ku yang Maha Sempurna,
Walau dibiaskan sejuta tabir, kami yang bodoh ini Engkau beri paham bahwa program ini ditunggangi pihak-pihak yang berlimpah manfaat atas pelegalan ini.
Bukan kami tenggelam pada riuh kasus ini, tapi kami peduli akan rasa sakit negeri ini.
Lindungi kami dari halalnya azabMu
Lindungi penerus kami dalam damai kasihMu.
Allahu Rabbi, kasihi kami, kabulkan doa kami yang hina ini, sembuhkanlah negeri kami ini.




READ MORE >>>

Sunday, November 10, 2013

271013 : Kisah Pertemuan Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (by. Ust. Slamet Ibnu Syam)



Lanjut sharing Kajian Dhuha kedua dalam rangkaian Kajian Bulanan Istiqlal, lama ya jedanya mwuehuehue. Khan sudah saya utarakan pada posting sebelumnya bahwa saya agak super nervous untuk menyampaikan ulang kajian dari para Ustadz. Mohon lapangkan maklumnya ya ..*(^-^)*

Kajian Dhuha II ini adalah Kajian Tafsir yang disampaikan oleh Ustadz Slamet Ibnu Syam yang mengulas tentang kisah Pertemuan Nabi Musa as dan Nabi Khidr as. Mungkin sudah banyak yang mengerti tentang kisah ini, tapi mungkin juga tidak sedikit yang belum tahu dan paham. Apalagi sampai mengupas per ayat.
Banyak yang senang mendengarkan saja, tapi malas membuka Al-Quran, mungkin saya dulu juga termasuk orang yang seperti itu, tapi semoga Allah berkenan melapangkan kesempatan dan menuntun kita semua untuk berhijrah kepada kebaikan.


===***  بسم الله الرحمن الرحيم  ***===

Dikisahkan dalam Shahih Bukhari, Suatu ketika, saat Nabi Musa as berseru di hadapan kaumnya, tiba-tiba ada orang bertanya, "Adakah orang yang lebih berilmu darimu?". Nabi Musa as menjawab, "Tidak ada".
Rupanya jawaban Nabi Musa ini mendatangkan teguran dari Allah SWT dan penegasan bahwa ada orang yang lebih berilmu darinya. Kemudian Allah SWT memberi petunjuk keberadaan orang tersebut yang akhirnya diketahui sebagai Nabi Khidr as, bahwa beliau akan menemukannya di antara pertemuan dua laut dan ketika mereka terlupa akan ikan yang mereka bawa sehingga ia kembali ke laut. 
Kisah perjalanan Nabi Musa as untuk bertemu dengan Nabi Khidr as dijelaskan dalam QS. Al Kahfi : 60-82 sila dibuka sekalian Al-Qurannya ya c(^,^c).

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun". (60)
Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. (61)

Maka dimulailah perjalanan itu, beliau berangkat dengan didampingi oleh murid yang sekaligus menjadi sahabatnya, Yusha' bin Nuun atau Nabi Yusha' as, yang kala itu masih muda dan kemungkinan belum diperintahkan untuk menjalankan tugas kenabiannya.
Dengan berbekal seekor ikan, mereka berjalan terus menerus sepanjang waktu tanpa beristirahat. Hingga akhirnya sampailah mereka di pertemuan dua laut (Majma Al-Bahrayn), tapi orang yang dicari tak kunjung ditemukan. Karena kelelahan yang amat sangat, maka mereka beristirahat sebentar di sebuah batu besar dan kemudian melanjutkan perjalanan.

Maka ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, "Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". (62)

Dia (pembantunya) menjawab, "Tahukan engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". (63)
Dia (Musa) berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari", lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (64)


Saking lelah dan laparnya, setelah melewati tempat tersebut Nabi Musa as meminta kepada Yusha' bin Nun untuk membawa bekal yang telah mereka persiapkan sejak keberangkatan. Tapi seketika Yusha' bin Nun teringat pada kejadian tentang kembalinya ikan bekal mereka (atas izin Allah) ke laut tapi setan telah membuatnya lupa untuk mengingatnya. Nabi Musa as pun tersadar bahwa di situlah seharusnya mereka menemukan Nabi Khidr as, sehingga kemudian keduanya kembali meniti jalan yang sama untuk kembali ke pertemuan dua laut.


Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami (65)
Musa berkata kepadanya, "Bolehkah mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (66)
Dia menjawab, "Sungguh engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku, (67)

Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup akan hal itu" (68)
Dia (Musa) berkata, "Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun" (69)
Dia berkata, "Jika engkau mengikutiku,maka  janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu" (70)


Sesampainya di sana, akhirnya mereka menemukan Nabi Khidr as. Dan Nabi Musa as meminta izin untuk bisa mengikuti beliau agar mendapatkan pengajaran ilmu yang benar yang telah diajarkan Allah SWT kepada Nabi Khidr as. Menurut mufasir, berdasarkan hadist, yang dimaksud rahmat disini ialah wahyu dan kenabian. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang gaib. Nabi Khidr as berkata bahwa Nabi Musa as tidak akan bisa bersabar bersamanya karena beliau belum mempunyai pengetahuan yang cukup. Dan Nabi Musa as menjawab bahwa atas izin Allah, Insya Allah, ia akan membuktikan bahwa ia adalah orang yang sabar dan berjanji tidak akan menentang Nabi Khidr as dalam urusan apapun. Maka, Nabi Khidr as memperbolehkan Nabi Musa as untuk mengikutinya dengan syarat bahwa tidak diperbolehkan menanyakan apapun sampai Nabi Khidr as sendiri yang akan menjelaskan. Dan Ujian kesabaran untuk tidak bertanya ini dimulai.



Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya menaiki perahu lalu dia melubanginya. Dia (Musa) berkata, "Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar" (71)
Dia berkata, "Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?". (72)

Dia (Musa) berkata, "Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku." (73)


Protes pertama diluncurkan ketika Nabi Musa as mendapati Nabi Khidr as melubangi perahu yang mereka tumpangi, sedangkan perahu itu berpenumpang dan terlebih lagi milik seorang yang miskin. Nabi Khidr as mengingatkannya pada syarat yang telah diajukan saat beliau meminta untuk belajar kepadanya, maka beliau meminta maaf.


Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, "Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar." (74)
Dia berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku." (75)
Dia (Musa) berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku." (76)


Dengan serta merta protes kedua pun menyusul diluncurkan ketika tiba-tiba Nabi Khidr as membunuh seorang anak muda yang mereka jumpai. Mengapa dibunuh walhal dia tidak membunuh orang lain?
Sekali lagi Nabi Khidr as mengingatkan Nabi Musa as tentang kesepakatan mereka, tetapi kali ini dengan nada yang lebih tegas sehingga Nabi Musa as tersadar dan berkata jika nanti beliau menanyakan lagi tentang sesuatu hal yang ditemui seperti ini, maka Nabi Khidr as berhak untuk melarangnya ikut bersamanya lagi.



Maka keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. Dia (Musa) berkata, "Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu." (77)
Dia berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau, aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya.(78)

Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut, aku bermaksud merusaknya karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu. (79)

Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. (80)

Kemudian, kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya). (81)

Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya." (82)

Pertanyaan pamungkas yang menjadi penanda perpisahan antara Nabi Musa as dan Nabi Khidr as terjadi ketika mereka tiba di suatu negeri dan minta untuk dijamu, tapi sama sekali tidak ada yang menggubris. Tetapi ketika di negeri yang sama beliau menemukan sebuah rumah yang dindingnya sudah hampir roboh, Nabi Khidr as malah memperbaikinya.
Perpisahan bukan sekedar perpisahan, Nabi Khidr as berkenan menjelaskan tentang perkara-perkara yang menjadikan Nabi Musa as tidak sabar untuk mengetahui alasannya. 
Dari kejadian pertama dijelaskan bahwa perahu yang mereka tumpangi adalah milik pelaut miskin, yang pada perjalanan berikutnya akan dihadang oleh seorang raja yang akan merampas setiap perahu yang melewati wilayahnya. Tapi jika diketahui perahu tersebut rusak, maka mereka semua akan selamat sampai tujuan dan nelayan miskin tersebut tidak akan kehilangan perahunya. SubhanAllah...

Pada kejadian kedua, pemuda yang mereka temui adalah anak yang kafir dari sebuah keluarga yang orang tuanya mukmin yang nantinya dikhawatirkan akan menyeret kedua orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran. SubhanAllah...

Pada kejadian ketiga atau yang terakhir, rumah yang dindingnya siap roboh itu adalah milik dua anak yatim yang mempunyai seorang ayah yang saleh. Di bawah dinding itu tersimpan harta bagi kebutuhan hidup mereka berdua. Bukan kehendak Nabi Khidr as sendiri untuk melakukan itu semua, tapi atas kehendak Allah SWT.
Ayat ini juga mengingatkan saya pada kata-kata salah satu guru mengaji saya dulu di sebuah kajian khusus ibu-ibu (kala itu saya masih kecil, baru jadi mualaf dan belum mengerti benar maksud kajian ini itu), "Jika ingin anak keturunan ini dijamin kesejahteraannya, jadilah orang saleh, bukan ribet ikut asuransi ini itu. Asuransi dunia itu milik manusia, suatu saat ada pasang surutnya. Minta dijaga sama yang Maha Kaya, turuti semua yang diperintah, jangan malas. Berharap itu hanya sama Allah, bukan sama manusia. Kalau sama manusia, siap-siap mlongo, coba aja."

SubhanAllah, Maha Suci Allah atas segala kasih sayang dan penjagaanNya terhadap umatNya. Betapa dari ketiga ayat terakhir tersebut Allah benar-benar memperhatikan kita selama kita selalu mengingatNya dan memohon hanya padaNya, karena tiada daya dan upaya selain atas izin Allah.

Sekian sedikit sharing dari kajian yang saya dapat. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan. Semoga berbuah manfaat dan bisa membawa kita untuk bisa menjadi umatNya yang selalu bersyukur.
READ MORE >>>

Sunday, November 3, 2013

271013 : Niat dalam Setiap Perbuatan (by. KH. A. Kosasih, M.Ag)



Sebenarnya saya agak memaksakan diri untuk berani merangkum content dari kajian-kajian yang saya ikuti. Tujuan saya hanya ingin berbagi sedikit ilmu yang saya dapat kepada sesama saudara muslim yang sama seperti saya. Ingin mengikuti kajian tapi karena beberapa alasan akhirnya belum menemukan tempat yang tepat. Sedangkan jiwa ini sudah haus dan rindu ingin mendekat pada Allah.
Jadi daripada membuang waktu, yuk awali sama-sama, saya akan berbagi semua yang saya dapat walaupun masih sedikit.
Jika ada kesalahan, ketidak tepatan, sila tegur saya, untuk bisa saya tanyakan dan koreksi kembali untuk perbaikan. Selama masih ada di dunia ini, yuk kita sama-sama belajar untuk memperbaiki diri sehingga pantas untuk berharap surga Allah.

===*** بسم الله الرحمن الرحيم ***===

Kajian Bulanan Istiqlal kali ini diawali dengan Kajian Dhuha bersama KH. Ahmad Kosasih, M.Ag dengan mengambil tema tentang Niat dalam Setiap Perbuatan. 
Topik yang pas sekali dengan kejadian hari itu, karena jamaah kajian kali ini pasti agak kesulitan menuju masjid karena pemblockiran jalan untuk event marathon (seperti pada posting saya sebelumnya).

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar Ibnul Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka'b bin Luai bin Ghalib Al-Qurasyi Al-Adawi r.a, ia berkata:
"Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda "Semua amal perbuatan itu disertai dengan niat-niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu pun kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya itu untuk harta dunia yang hendak diperolehnya, atau untuk seorang wanita yang hendak dikawininya, maka hijrahnya itu pun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu"

Asbabul Wurud atau asal mula dikeluarkannya hadist ini, Imam Ath-Thabrani menuturkan riwayat dari sanad para perawi yang terpercaya, dari Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Dahulu ada di antara kami seorang lelaki yang melamar seorang wanita bernama Ummul Qais. Namun, wanita itu menolak menikah dengannya sebelum ia melakukan hijrah. Kemudian laki-laki itu berhijrah dan ia pun bisa menikahinya. Maka, kami pun menyebutnya sebagai Muhajir Ummil Qais (orang yang berhijrah karena Ummu Qais).

Para ulama sepakat bahwa niat itu menjadi suatu keharusan dalam sebuah amal, agar mendapat pahala ketika amal tersebut dikerjakan.

Dikaitkan dengan kisah hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah. Bagi orang yang hijrahnya karena Allah dan Rasulullah, maka dia akan memperoleh pahala dari hijrahnya, keridhoan Allah, pahala dari Allah, dan dapat membela Nabi dan menyebarkan Islam di Madinah.
Sebaliknya, bagi orang yang hijrahnya karena duniawi, ingin berniaga atau mencari keuntungan-keuntungan lain yang ia ingin peroleh, atau juga hijrahnya untuk menikahi seorang wanita, maka yang dia peroleh hanyalah dunia atau menikahi wanita itu (Kisah Ummul Qais). Karena sesungguhnya semua yang didapatkan adalah sesuai dengan niatnya.

Diibaratkan oleh KH. Ahmad Kosasih saat itu, padi adalah akhirat dan rumput adalah dunia. Jika seseorang menanam padi, pasti rumput ikut tumbuh juga. Tapi jika hanya menanam rumput, mustahil padi ikut tumbuh. Begitu pula dengan akhirat dan dunia, jika seseorang meniatkan segala aktivitasnya untuk akhirat, mencari keridhoan Allah, Insya Allah dunia akan mengikuti. Tetapi jika yang dikejar hanya dunia, mustahil dia akan mendapatkan akhirat.
Sama halnya dengan niat para jamaah pagi itu. Yang datang ke masjid dengan niat untuk beribadah walaupun ada halangan yang menyulitkan, tapi tidak menyurutkan semangat untuk hadir mengikuti kajian dan Insya Allah dimudahkan oleh-Nya. 

Dinyatakan bahwa setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah itu tidak ada hijrah dalam artian berpindah tempat lagi yang dilakukan. Lalu bagaimanakah bentuk hijrah yang diwajibkan bagi umat Islam akhir zaman ini? Dijelaskan bahwa kewajiban hijrah hingga akhir zaman adalah berupa hijrah dari keburukan menuju kebaikan. Dari perbuatan tercela menjadi perbuatan terpuji semata-mata demi mendapat keridhoan Allah.

Dari sedikit penjabaran tentang hadist tersebut sehubungan dengan niat dalam perbuatan, saya jadi menyadari, betapa selama ini aktivitas saya hanya sekedar gugur kewajiban, tanpa ada nilai ibadah sama sekali. Makan hanya sekedar kebutuhan menghilangkan lapar, tanpa ada niat memenuhi kewajiban dan perintah Allah tentang makan. Mandi hanya sekedar mandi, minum, belajar, dan sebagainya hanya saya jalankan begitu saja.

Bersyukur sekali karena niatan saya untuk benar-benar menghijrahkan diri kepada Allah ternyata memang benar-benar mendapat tuntunan, runut sesuai urutannya. Dari bagaimana saya harus merubah sikap menjadi muslimah sejati, pengajaran untuk merubah penampilan lebih syar'i, berganti komunitas, menanamkan niat dalam tiap perbuatan yang saya lakoni, bagaimana bersikap lebih bijak saat ilmu yang didapat mulai sedikit bertambah, dan menundukkan hati setunduk-tunduknya bahwa kita (saya) bukanlah apa-apa di hadapan Allah SWT.

Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari posting saya kali ini. Kekurangan milik saya dan kesempurnaan hanya milik Allah.

READ MORE >>>

Wednesday, October 30, 2013

Smart Broadcast Messages



Tadinya saya mau mendahulukan posting lanjutan tentang materi kajian bulanan Istiqlal, tapi saya pikir posting ini yang mesti saya publish dulu. Terlambat mungkin, tapi lebih baik saya posting untuk mengantisipasi jika ada kejadian yang sama di masa mendatang.

Posting kali ini muncul karena baru-baru ini saya sering sekali menerima broadcast messages (BM) yang tidak jelas asal muasalnya. Dikemas sedemikian rupa dengan kata pengantar yang panjang dan lebar  untuk menimbulkan kesan bahwa sang pengirim BM peduli.
Di dalamnya, disertakan sebuah link yang jika kita click maka akan langsung merujuk ke satu alamat web untuk mendownload sebuah video mesum, dan yang baru sekali terjadi adalah video beberapa pelajar di sebuah sekolah menengah pertama.

"Lihatlah video ini, mau jadi apa bangsa kita jika generasinya seperti ini? Bagaimana orang tuanya jika mengetahui inilah yang telah diperbuat anak-anaknya. Bla..bla..bla..dan seterusnya dan sebagainya". Kurang lebih seperti itulah kalimat dalam pesan tersebut. Seolah-olah dia peduli, seolah-olah dia marah dengan kejadian tersebut, seolah-olah dia 'mengutuk'.

Menurut saya, jika memang si pengirim merasa prihatin dengan kondisi moral negeri ini dan ingin kejadian tersebut diusut lebih lanjut sebagai langkah pemberantasan, alangkah lebih baiknya jika video tersebut diserahkan kepada pihak yang berwajib. Bukan malah disebar luaskan melalui social media. Amat sangat mungkin pesan tersebut sampai kepada anak-anak di bawah umur, secara di negara kita yang kaya ini, para orang tua banyak yang dengan senang hati memberikan apapun yang diminta anak-anaknya walaupun dengan harga selangit  walaupun minim manfaat. Hanya sekedar untuk pasang aksi dan jaga gengsi.

Bisa jadi video tersebut malah menjadi contoh untuk anak-anak yang kurang mendapat pendampingan dan bimbingan dari orang tuanya. Yang terjadi kemudian, mereka tergelitik untuk ikut mencoba, meniru perilaku yang kurang pantas seperti itu. Semakin memperburuk kondisi kesusilaan di negeri ini bukan?!

Atau bahkan menjadi koleksi pribadi bagi sebagian orang dengan hobi semacam ini. Naudzubillah. 
Bukan menghasilkan penyelesaian, tetapi cenderung menjadi perbincangan kosong, bahkan bahan candaan.

Saya sendiri, saat menerima BM dan membaca isi pesannya yang menjurus ke video tersebut, langsung menanyakan kepada para pengirim, herannya saya bahwa isi percakapannya hampir sama.
Saya     : "Ini video apa? Apa video mesum anak SMP itu?"
Teman  : "Kamu udah lihat? Ih, aku sampe kaget liatnya pas tadi abis nerima BM, mau jadi apa negara ini mbak, generasinya bobrok. Gimana sich ortunya kalo ngedidik"
Saya    : "Oh nggak, aku nggak liat. Cuman aku udah baca beritanya di internet. Dari kata-katanya aku udah curiga kalo video itu yang dimaksud. Udah diusut ama polisi kok"
Teman  : "Oh, kirain liat juga. Gimana sich ya mereka tuh bla bla bla bla (dengan maksud mulai menggunjingkan)".
Dan percakapan selanjutnya adalah, saya menganjurkan agar jika menerima BM semacam itu, jangan lagi disebar, lagipula kasus tersebut malah sudah ditangani polisi.

Sikap saya mungkin mengecewakan bagi sebagian orang yang suka langsung komentar jika ada kejadian yang sedang ramai diperbincangkan, dan malah menambah gempar. Namanya juga negeri sejuta komen, udah seru-seru mengawali pembicaraan, eh ternyata lawan bicara tidak menimpali seperti yang diharapkan. Hehehehe Maaf ya bukan hobi saya..

Ayolah lebih bijak untuk selektif dan tidak mudah terprovokasi dengan berita yang kurang bermutu, takut jatuhnya jadi ghibah atau bahkan fitnah. Pilah pilih mana yang pantas dan perlu untuk di broadcast dan kemana harus disalurkan. Jangan malah nantinya kita yang menjadi salah satu penyebar kemaksiatan. Naudzubillah.

Bukan bermaksud untuk menggurui ataupun sok bijak, saya hanya mengajak untuk sama-sama berupaya menyelesaikan bukan malah menjadikan bahan gunjingan. Lakukan walau sedikit.

Semoga bermanfaat dan maaf jika kurang berkenan.

Jazzakumullah khairan katsiran.
READ MORE >>>

Monday, October 28, 2013

Kajian Istiqlal UYM 271013: (1st) As Easy As Always



"Share info penutupan jalan dear Sahabat/Family :
Sehubungan dengan adanya kegiatan perdana :"Internasional Mandiri Jakarta Marathon" yang akan berlangsung hari Minggu ini, 27 Oktober 2013, sebagian ruas jalan Jakarta akan ditutup mulai jam 02.00-12.00 WIB. Rute Share info penutupan jalan dear Sahabat/Family: Sehubungan dengan adanya kegiatan perdana: "Internasional Mandiri Jakarta Marathon" yang akan berlangsung hari Minggu ini, 27 Oktober 2013, sebagian ruas jalan Jakarta akan ditutup mulai jam 02.00 sd 12.00 WIB. Rute Jakarta Marathon akan Start jam 05.00 mulai dari MONAS - BUDI KEMULIAAN - ABDUL MUIS - GAJAHMADA - HAYAM WURUK - KOTA TUA - KEMBALI KE STASIUN BEOS - PEREMPATAN HARMONI - belok kir ke IR JUANDA - GED KESENIAN -  POS INDONESIA - GEREJA KATHEDRAL - MESJID ISTIQLAL - VETERAN - SEKNEG - MEDAN MERDEKA BARAT - THAMRIN - BUNDERAN HI - IMAM BONJOL - BELOK KANAN KE KUNINGAN RASUNA SAID - BELOK KIRI KE GATOT SUBROTO ARAH PANCORAN - PUTAR BALIK DI BAWAH PATUNG PANCORAN - SEMANGGI - BELOK KIRI KE GERBANG PEMUDA - ASIA AFRIKA - LURUS KE HANG TUAH HINGGA PLN - BELOK KE SISINGAMANGARAJA - BUNDERAN PATUNG PEMUDA - SUDIRMAN - THAMRIN - BUNDERAN PATUNG KUDA - FINISH DI MONAS4 Rute TRANSJAKARTA akan tertunda operasi hingga jam 12:00 :- BLOK M - KOTA- GROGOL - PULO GADUNG- GROGOL - CILILITAN- GEDUNG LANDMARK - RAGUNAN Pintu Masuk/Keluar TOL DALAM KOTA juga akan ditutup sementara :- SEMANGGI- PANCORAN sepanjang Rute Jakarta Marathon, akan ada 17 Panggung Festival Seni Budaya untuk memberikan semangat kepada para pelari sekaligus memberikan hiburan kepada masyarakat yang diharapkan juga turut untuk meramaikan dan memberikan semangat kepada pelari. Mohon informasi ini disebar luaskan kepada teman, saudara dan masyarakat agar menjadi maklum dan merencanakan kegiatannya secara lebih cermat.

---***---
 26 Oktober 2013

Sehari itu saya mendapatkan banyak broadcast berisi pesan di atas. Dalam hati cuma tersenyum, bukan sombong ataupun menyepelekan, tapi karena yakin "Apa sih yang nggak mungkin kalau ada Allah?!". Bukan hanya sekali atau dua kali Allah mempermudah perjalanan saya ke majelis, tapi selalu. Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk ragu.

Bahkan ada beberapa sahabat yang malah melarang saya untuk berangkat karena mereka sangat khawatir jika terjadi sesuatu. Tidak bisa sampai tujuan dan bahkan kesulitan untuk kembali. Saya berterima kasih sekali atas perhatian dan kekhawatirannya, tetapi saya sudah amat sangat kangen pake sekali dengan kajian bersama. Bulan kemarin saya sudah absen karena jadwal yang biasanya akhir bulan, jadi dipindah ke minggu ketiga, sehingga tabrakan dengan jadwal lain. Kondisi darurat, saya perlu recharge asupan gizi untuk qalbu hehehe.

Jadi, saya memutuskan untuk tetap berangkat. No matter what will happen, I'm sure that Allah will guide my way.

27 Oktober 2013

Seperti biasa terbangun pkl. 03.00 dini hari, mandi dan dilanjut tahajjud. Saya mohon semohon-mohonnya untuk diperlancar perjalanan kesana, bisa sampai tepat waktu, dan mampu menyerap ilmu dengan baik sehingga bisa saya share ke yang lain yang mungkin tidak berkesempatan ataupun berhalangan hadir.
Dan semoga Allah memberkahi saya dengan ampunan dosa, kesempatan memperbaiki diri dan menjadi salah satu dari sedikit yang bisa menebar manfaat bagi sesama.

Ba'da sholat Shubuh dan mempersiapkan diri, pkl. 04.45 saya meluncur ke stasiun karena jadwal kereta paling pagi ada di jam 05.15. Kenapa saya ambil jadwal yang paling pagi, karena perjalanan dari Karawang ke St. Senen membutuhkan waktu kurang lebih dua jam, kajian dimulai pkl.07.00 dan saya tidak ingin terlambat sampai di kajian.

Sepanjang perjalanan saya berdzikir seperti biasanya. Pasrah, kalaupun tidak bisa sampai di Istiqlal, Insya Allah atas izinNya pasti ada hikmah yang indah.

Alhamdulillah, benar saja, kereta berkali-kali berhenti dengan waktu yang cukup lama karena harus mendahulukan kereta jarak jauh. Ujian kekhawatiran, hahaha..
Saya orang yang paling takut dan tidak suka tidak tepat waktu, karenanya bagi saya itu adalah ujian saya karena Allah ingin saya berlatih untuk pasrah hanya kepadaNya. Senyum saja, istighfar, semua atas kehendak Allah.

Saya alihkan pandangan ke para penumpang, karena saya juga hobi mengamati interaksi, sering bisa jadi sumber inspirasi.
Ada yang tidur molor (saya juga sempat tertidur, sampai akhirnya kepala saya kejedot jendela kereta).
Ada yang asyik merokok, padahal ini di dalam kereta yang sudah dipasang AC (#prihatin, entah mereka benar-benar tidak tahu atau tidak mau tahu)
Ada yang riuh berbincang dengan pennumpang yang lain.
Dan pada akhirnya mata saya tertuju pada sepasang suami istri yang sangat sederhana dengan bayi mereka yang mungkin masih berumur 7-8 bulan. Karena di samping saya, maka saya tidak bisa melihat wajah mereka, yang terdengar hanya saat mereka berbincang. Halus tutur bahasanya ke pasangan, sang istri telaten, kalem, dan terkesan benar-benar menghormati suaminya. Bergantian merawat anaknya yang lonjak-lonjak di pangkuan, jika sudah keterlaluan, dia hanya menegur dengan lirih dan anaknya pun langsung duduk tenang lagi sambil tetap ceria. Penasaran sekali saya, seperti apa wajah mereka.
Allahu Yaa Rabb, ternyata sang suami mengalami kebutaan permanen, sepertinya sejak kecil. Tapi sang istri sama sekali tidak terlihat minder, bahkan sangat menghormati suaminya.
Saya benar-benar kagum dan menaruh hormat pada mereka. Lagi-lagi Allah kirimkan cerita untuk pembelajaran saya untuk terus ikhlas berucap syukur atas nikmatNya.

Kereta merapat sudah di stasiun Senen. Langit sudah terang, dan jika dihitung seperti biasa, mungkin total keterlambatan itu bisa sampai hampir satu jam, "bener telat ya, nggak pa-pa lah. Alhamdulillah selamat sampai disini" ujar saya dalam hati sambil melirik jam dinding di stasiun. Eits, saya kembali terperanjat melihat jam itu, sampai saya berhenti tepat di depan jam itu. "Kok masih 06.45?!. Belum juga percaya, saya cocokkan dengan jam di hp, benar, sama, masih 06.45.
Subhanallah, benar-benar luas kuasa Allah.

Girang sekali saya, lari ke depan untuk langsung hunting bajaj. Harusnya bisa P20 atau busway, tapi khan jalurnya di blockir, ini juga naik bajaj kemungkinan saya masih harus berjalan beberapa puluh meter untuk bisa sampai di Masjid.

Ada bajaj lama yang kondisinya sudah rapuh, dan pengemudinya juga sudah lumayan sepuh. Beliau merapat, "Mau dianter Neng?"
"Mmm...Iya Beh, bisa minta tolong dianter ke Istiqlal? Terserah babeh lewat mana, yang penting jarak yang paling deket yang saya nggak terlalu jauh jalan ke masjidnya, khawatir telat Beh"
Eh ada tukang ojek ikutan nimbrung, "kagak bisa kesitu juga, pan jalannya di blockir"
Bapak sopir bajaj tersenyum, "Udah Neng, masuk aja, babeh anter"
"iya deh Beh, makasih"

Sebenarnya saya agak aneh juga dan kaget sekaligus waspada, ini jalan kemana di luar rute gmap yang juga saya buka. Mau kemana ini si Babeh. Astaghfirullah al adziim, istighfar biar dijauhkan dari suudzon, babeh ini kelihatan polos dan baik. Saya akan ke tempat baik, tidak mungkin saya tidak dilindungi. Sepertinya jauh sekali jaraknya. Keluar masuk gang sempit dengan kecepatan rendah (mungkin karena kondisi bajaj yang sudah rapuh juga). Tiba-tiba bajaj berhenti, "Neng, udah sampai".
Saya tersadar dan sekali lagi terperanjat, di depan mata saya sudah gerbang masuk Masjid Istiqlal. Subhanallah, tanpa saya harus berjalan jauh dan masih 5 menit sebelum kajian dimulai.

Sejurus kemudian sudah saya dapati bahwa saya sudah berwudhlu dan mendapat tempat strategis seperti biasanya. Saya gelar sajadah dengan mengucap bismillah, istighfar dan tasbih, saya mulai sholat tahiyatul masjid dan dilanjut dengan dhuha. Demi Allah girangnya hati saya dan ingin sekali berurai syukur pada Ilahi Rabbi atas skenario indah di awal hari itu. Sekaligus mendoakan kemuliaan kepada orang-orang yang sudah memberi saya pelajaran tambahan di sepanjang jalan.

See, jika diceritakan kembali ternyata luas sekali berkah Allah di setiap nafas kita, khan?!
Ternyata juga, apa yang saya alami di setiap perjalanan termasuk perjalanan kali ini, dibahas oleh KH. Ahmad Kosasi M.Ag yang membuka kajian pagi itu. Apa saja isinya? I'll share to you in the next chapter, karena materi kajian kali ini padat merayap, jadi akan saya bagi menjadi beberapa judul. Termasuk materi tafsir oleh Ustadz Slamet Ibnu Syam, dan juga materi dari Ustadz Yusuf Mansur.
O ya, di acara tersebut hadir juga Bpk. Gita Wiryawan yang sedikit berbagi tentang ekonomi di negeri ini. Satu lagi, di tengah berjalannya pengajian, saya mendapat seorang saudara lagi, namanya mbak Linda. She's nice dan untuk kajian berikutnya, kami akan janjian untuk bertemu lagi, Insya Allah semoga Allah mengizinkan.

Well, sekian dulu opening story untuk kajian Istiqlal kali ini.
Saling mendoakan semoga diberkahi usia, kesehatan, dan kesempatan untuk terus berbagi ya.

Jazakumullah khairan katsiran.

READ MORE >>>