Bukan masalah berapa banyak teman yang ada di friendlist facebook, bahkan sampai ada account pertama, kedua, ketiga, dan akhirnya jadi fanpage. Atau berapa banyak follower di twitter yang setia stalking TL yang isinya galaauuu semua. Atau juga berapa banyak yang ada di contact list bbm, line, WA, kakao, dll. Bukan masalah itu, tapi berapa banyak yang masih peduli saat dia sudah bukan siapa-siapa.Galau karena merasa kesepian? Galau karena merasa sudah tidak ada lagi yang peduli? Galau karena teman-teman mulai menjauhi? Galau karena ekspresi orang yang tidak menanggapi keberadaannya?
Jangan mencari-cari alasan dari sisi mereka untuk dipersalahkan karena tidak mengikuti keinginan, itu namanya egois.
Introspeksi, look at yourself, search inside, find it, and try harder to fix it.
Jika galau karena sering kena marah, selalu dihujani teguran, akhirnnya mereka mulai menjauhi dan kehadiranya tidak dianggap, read this carefully, Dear!
Kesuksesan seseorang, sekarang atau nanti, banyak dipengaruhi oleh kebiasaan hidupnya.
Jika kebiasaan hidupnya tidak teratur, berantakan, dan akhirnya menghambat orang lain,
let say.. bangun pagi sering terlambat padahal sudah ada janji dengan orang lain sehingga tidak tepat waktu, berantakan, ceroboh, tidak fokus, jorok, kurang sopan santun, manja, dan selalu mengeluh..
Maka wajar jika kesuksesan itu menjauh seiring perginya semua rekan-rekan yang merasa terganggu dan tidak nyaman dengan tingkah polahnya.
Hanya karena mereka tidak memperlakukan seperti yang diinginkan, tidak memperhatikannya seperti yangdiharapkan, bukan berarti mereka tak tulus padanya. Bisa jadi itu reaksi terakhir yang bisa mereka tunjukkan padanya setelah mereka lelah mencoba memperingatkan tentang hidupnya dengan berbagai cara yang ternyata hanya numpang lewat saja.
Coba hilangkan kebiasaan mengeluh, merengek, berekspresi manja. Diakui ataupun tidak, itu sebenarnya hanya cara yang kekanak-kanakan untuk menarik perhatian lawan jenis khan?! (walhal anak-anak tidak pernah melakukan hal ini #eh)
Bukan perhatian ataupun kasih sayang yang akan datang, tetapi hanya sebatas syahwat.
Acting like a child is not funny when you're not a child anymore.
Tidak punya pacar merengek, dunia seakan runtuh tumplek bleg jadi satu. Lapar merengek, terkena duri sedikit saja tangis dan teriakannya benar-benar menggemparkan dunia. (*lebay hehehe karena saya pernah menemukan orang selebay itu)
Tingkah seperti ini hanya akan merepotkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sekali dua kali, mungkin oke, tapi kalau lama-lama juga orang pasti akan jengah.
"Siape elu..!" dikomentarin gitu biasanya ya.
Jangankan menjadi pasangan hidup, jadi teman saja pasti akan berulang kali ditinjau ulang, karena fungsi teman baginya tak lebih dari seorang pengasuh. Karena sikapnyalah yang menjadikan dia bukan teman yang bisa diajak berbagi dan sadar diri. Apalagi jika menjadi pasangan yang akan menjadi sandaran untuk anak-anaknya kelak. Menjadi pendamping yang sanggup berbagi dalam tiap suka, duka, tangis, dan tawa.
So You have to be tough, be strong, be wise.
Mandirilah, hindari mengeluh, hindari berlebihan dalam meratapi diri, segera bangkit dari keterpurukan, selesaikan tantangan -tantangan dalam kehidupan, dan menjadi panutan karena mampu bijak berperilaku.
Tidak perlu menceritakan pada seisi dunia semua masalah pribadimu, apalagi dengan didramatisir, jika hanya untuk mendapatkan simpati dari kawan ataupun lawan jenis.
All you have to do is try to be tough, be independent, not depent on others. Be wise, 'cause it's never too late to make things right.
No comments:
Post a Comment