Beberapa hari yang lalu, seorang sahabat bercerita bahwa saudaranya dimintai bantuan untuk mencarikan istri oleh adik kawannya. Biasa ya? Yang bagi saya agak kurang biasa adalah ini untuk posisi istri kedua.
Sebut saja yang dimintai bantuan adalah Pak Handi, dan yang meminta bantuan adalah P. Bantumi.
Pak Bantumi berkisah kepada Pak Handi bahwa ia sudah mengantongi izin dari istri pertama untuk mencari istri kedua dengan alasan bahwa istri yang pertama tidak bisa memberinya keturunan (begitu menurut diagnosa dokter), dan katanya sang istrilah yang menyuruhnya.
Yang membuat lengkung senyum di wajah saya tidak seimbang (hahaha) adalah kesan yang saya tangkap dari percakapan dan nada bicara yang dikisahkan kembali itu malah sepertinya Pak Bantumi lah yang amat sangat ngebet untuk bisa mendapatkan istri muda.
Seperti dikisahkan oleh sahabat tersebut, saat Pak Handi ditanya, "Apa pekerjaan Pak Bantumi, pengusahakah? PNS? Atau bekerja dimana? Atau hanya nebeng tenar karena kakaknya seorang pejabat?" (*usut punya usut dia adalah adik seorang pejabat terpandang di kotanya).
Jawaban yang didapat membuat saya spontan tergelak, "Nah, itu yang aku kurang tau pasti"
Tanggapan akhir dari sahabat tersebut bijak sekali menurut saya "Wah, aku nggak berani"
Atas kisah tersebut, inilah pendapat saya. Yang mau beda pendapat silahkan, tapi yang jelas ini pendapat saya dan berlaku bagi saya.
Agak kurang wajar permintaan tersebut, karena sejauh pengetahuan saya jika memang istri pertama yang meminta untuk dimadu, biasanya mah istri pertama itu yang melamarkan. Secara saat ini dalih para pria tidak sejati tuh banyak sekali. Sudah banyak contohnya dan saya rasa saya tidak perlu menyebutkan satu per satu, silahkan update berita di media saja ya..huehuehuehue panjang kalau disebutkan.
Tindakan yang menurut saya kurang bisa saya terima adalah menikah lagi karena tidak diberi keturunan, tidak bijak sama sekali rasanya. Well, ok, dokter bukan Allah, dokter bukan penjamin keputusan Allah. Coba simak kisah Nabi Zakaria as (QS. Maryam :1-15). Atas kesabaran, ketabahan dan doanya, Allah menganugerahkan seorang putera yang mulia baginya di usia beliau yang amat sangat senja dari seorang istri yang mandul.
Mukjizat itu ada bagi yang percaya.
Dari sisi istri P. Bantumi, wanita normal mana yang ingin tidak punya keturunan? Seikhlas-ikhlasnya untuk dimadu yang diucapkan di bibir, siapa yang menjamin tidak tersirat segores luka di hatinya?!
Komitmen yang diikrarkan di awal pernikahan berubah sudah, bukan lagi suka-duka-tangis-tawa-bahagia dilalui bersama #aiihh. Astaghfirullah, inikah yang dihadiahkan untuk wanita yang terpilih dan konon sangat dicintai?!
Saya sendiri bukan hanya bisa berpendapat terhadap kisah tadi karena tidak mengalami nasib seperti istri Pak Bantumi, tapi karena saya sebagai seseorang dengan endometriosis dan segala resikonya. Walaupun dokter mendiagnosa kandungan saya amat sangat sehat kecuali sedikit gangguan itu saja, hingga detik ini kekhawatiran itu sering timbul karena dokter bukan penentu keputusan Allah.
Hingga saya sudah menyiapkan pertanyaan yang pasti saya ajukan kepada yang ingin hidup bersama saya, bahwa saya bersama endometriosis dengan segala resikonya dari yang paling biasa hingga paling buruk (walau saya tidak ingin mendahului takdir Allah), jika tidak siap dengan resiko yang paling buruk, silahkan saja jika ingin menikah lagi, tapi tidak untuk bersama saya.
Let's say, kenapa tidak sang suami hadir sebagai penenang jiwa istri? Ada banyak anak yatim di luar sana, kenapa tidak memilih untuk hidup bersama-sama memuliakan mereka?
Dari kesanggupan berlaku adil terhadap kedua istri, benarkah akan adil, baik nafkah lahir maupun batin?
Saya tidak menentang poligami sejauh pelaksanaannya sesuai dengan aturan yang ditetapkan agama, tapi saya bukan pelaku poligami.
TL Pak Mario Teguh di account twitternya tepat sore hari setelah mendengar cerita itu "Jika dia mencintaimu, dia tidak selingkuh. Dan jika dia selingkuh, apapun yang dikatakannya adalah dusta"
Bagi saya selingkuh ataupun menikah lagi saat sudah mempunyai pasangan, itu sama saja sakitnya.
Tidak ada yang tidak bermakna dari tiap kejadian yang terjadi pada kisah kehidupan manusia. Allah menghadirkan setiap kejadian sebagai ujian, cobaan, teguran, dan sebagainya dengan tujuan yang tidak mungkin tidak baik.
Sebagai penghargaan atas ikhtiar dan tawakal yang sudah dilakukan, Allah pasti menganugerahkan kebahagiaan, entah itu di dunia atau di akhirat kelak. Yakinlah akan janjiNYA, karena itu pasti datangnya.
Sekali lagi, mukjizat itu ada bagi yang percaya. (^-^)
No comments:
Post a Comment