Tepat satu bulan tanpa publish tulisan apapun hahaha. Akhirnya bisa juga terpublish walaupun telat beberapa bulan dari hari kejadian. Tapi semoga tidak basi ya, karena saya yakin kejadian ini masih bisa dijadikan referensi dalam perjalanan kemanapun dan kapanpun.
Ini lanjutan dari kisah pulang mudik, dan sekarang baliknya. Setelah mendapatkan kemudahan saat mudik, yang sudah saya ceritakan pada postingan sebelumnya, kembali Allah merahmatkan kelancaran dalam perjalanan saya. Di saat harga ticket pesawat untuk arus balik sudah membumbung tinggi, ticket kereta juga sudah bisa dipastikan habis, dan jadwal balik sudah mepet sekali, saya berhasil mendapatkan ticket bus eksekutif dengan harga normal, dan ticket tersebut adalah satu-satunya ticket yang masih tersisa hingga H+7.
Sepanjang perjalanan tak hentinya saya berucap syukur, tersenyum mengingat perjuangan mendapatkan ticket mudik dan balik ini. Saat kondisi terang, saya sempatkan membaca Al Quran kecil yang selalu ada di dalam tas saya. Saat malam tiba dan lampu dipadamkan untuk kenyamanan penumpang yang beristirahat, saya beralih ke tasbih kecil hadiah dari ibu, memulai berdzikir semampu saya selama mata masih terjaga.
Subhanallah, perjalanan lancar tanpa terhalang macet. Waktu tempuh seharusnya 17 jam, tapi ternyata hanya 15 jam. Mungkin belum masuk waktu arus balik, pikir saya.
Hingga akhirnya saya sampai di Simpang Cikampek, dari sana saya naik angkot dengan tujuan awal Pasar Johar atau hanya sampai terminal Klari saja. Tapi beruntung lagi yang saya dapatkan, Pak Sopir adalah orang Jawa juga (walaupun beda Jawanya, beliau Jawa Tengah) dan karenanya beliau dengan senang hati mau mengantar saya dan beberapa penumpang lain yang kebetulan satu bus dengan saya hingga sampai ke depan rumah masing-masing hanya dengan ongkos Rp. 20rb saja. Harga yang lebih murah dibanding jika saya harus oper naik turun angkot dengan barang bawaan dari Ibu dan kondisi yang sudah letih. Mungkin Pak Sopir juga iba melihat mata saya yang sudah sayu, padahal tujuan saya paling jauh.
Sesampai di kost, saya berusaha menghubungi beberapa rekan yang juga balik ke Karawang di hari yang sama, tapi menempuh perjalanan dengan kendaraan yang berbeda. Ada yang pesawat, ada yang kereta, ada pula yang sama naik bus tapi beda jadwal keberangkatan yang bila dihitung-hitung pasti mereka akan tiba di Karawang lebih awal.
Di luar dugaan ternyata kabar dari beberapa rekan tersebut cukup mengagetkan saya, mereka terjebak macet. Ada yang macetnya padat susah merayap, ada yang karena bus mengalami kerusakan mesin, ada yang kereta bolak balik berhenti karena gantian lewat, ada yang kereta menuju Karawang terlambat, dll. Walhasil mereka baru sampai di Karawang dengan waktu tempuh kurang lebih 30 jam. Selama itu saya sudah makan, istirahat, mandi, beberes, sholat, dan mempersiapkan keperluan untuk bekerja esok harinya.
malam sebelum istirahat, saya sempatkan untuk browsing berita arus balik, ternyata benar, sejak kemarin terjadi kemacetan di beberapa titik, dan pastinya titik itu juga saya lalui. Kembali tertegun, benar saja teman saya terjebak macet, tapi dengan jalur yang sama, kenapa saya tidak terkena juga ? #Gleg.. Wallahua'lam
Sungguh betapa beruntungnya saya, Barakallah.
Perbanyak dzikir mengingat Allah selama perjalanan selalu berhadiah kejutan-kejutan indah langsung tanpa penundaan.
So, jangan pernah sedetikpun melupakanNYA. Pertolongan Allah itu nyata.
No comments:
Post a Comment