Pages

Thursday, September 19, 2013

Bu Mimin, Another great story at St. Bekasi



Wanna share dikit tentang cerita Bu Mimin yang bertemu dengan saya di stasiun Bekasi bersama cucunya menjelang ramadhan kemarin, "Ibu ama Dimas teh habis dari kondangan, Neng!" begitu ucapnya.
Awal bertemu, seperti biasa, saya bisa langsung mengakrabkan diri, saling tegur sapa, dan bercanda karena sama-sama tidak ikut terangkut kereta jam 15.00, saking penuhnya KRD Purwakarta untuk bertolak ke Karawang. So, untuk mengusir kejenuhan yang akan kami lalui kurang lebih selama 2 jam hingga datangnya kereta berikutnya, kami ngobrol ngalor ngidul sampai pada pertanyaan beliau tentang saya yang pendatang di Karawang.
Tersenyumlah saya mengawali cerita, singkatnya, kisah pribadi saya juga tersampaikan.
Usai bercerita, kagetlah saya karena Bu Mimin sudah berurai air mata. Dan mulailah beliau menceritakan kehidupannya, tanpa saya harus bertanya.

Di usianya yang bukan muda lagi, mendekati 70 tahun (saya kira malah masih 50an), Bu Mimin pingin banget hidupnya tenang untuk ibadah. Bu Mimin ingin cerai sah secara hukum negara dari suami yang ternyata diketahui sudah menikah lagi secara sirri dengan wanita lain.
Bu Mimin sebenarnya sudah ditalaq 3 oleh sang suami, tapi suaminya tidak mau menyelesaikan masalah tersebut ke pengadilan, ujung-ujungnya minta rujuk lagi. Walhal setelah tiga khan sudah tidak boleh rujuk lagi sebelum dinikahi orang lain. Akan tetapi niat tersebut mendapat tentangan dari anak-anak beliau.

Menurut anak-anak Bu Mimin, "udah ah, Mamah udah tua ini khan, ngapain pake cerai segala, apa mamah mau nikah lagi?", begitu anak-anak beliau berucap. Kembali beliau terisak.

Mencoba menerka apa yang ada dalam pikiran beliau, sambil saya peluk, "Ibu ngeganjel karena merasa masih ada masih ada tanggung jawab sebagai istrinya bapak karena masih terikat surat itu?"
Si Ibu mengangguk tapi makin kenceng nangisnya, ampun dah. Agak panik juga, kawatir disangka orang beliau saya apa-apain lagi ya mwehehehe, tapi kalem aja, saya sodorin tissue dulu ah...

"Iya Neng, ibu takut dosa. neng mah bisa ngerti perasaan ibu yak, nikah ama bapak ini ibarat orang dagang, boro-boro dapat untung, yang ada malah buntung, tekor. Lagian khan dia juga udah punya istri lagi di Cirebon sana, sekarang juga tinggal sama istri mudanya, ngontrak, ninggalin ibu sama anak-anak gitu aja. Terus kenapa dia gak mau ngurus cerai ke pengadilan, main talaq semaunya. Ibu dah sakit banget Neng, dari muda ibu dibikin gini. Kalau aja ibu punya penghasilan sendiri kayak Neng, mungkin udah dari kemarin-kemarin ibu urus semuanya.
Waktu itu ya, dia juga selingkuh ama istri temannya sendiri, sampai punya anak satu hasil hubungan gelap tea. Dan akhirnya temannya meninggal karena tertekan. Trus gara-gara kasus itu, suami ibu teh akhirnya dipecat dari kantor karena dianggap mencemarkan nama baik perusahaan, gitu lah. Tapi bukannya nyadar, selingkuhnya masih lanjut, dan balik lagi sama wanita itu.
Anak-anak masih kecil, ibu pontang-panting sendiri biar anak tetep tercukupi, bapak minggat gitu aja ama wanita lain, pulang semaunya, pergi sesukanya."
"Anak-anak ibu teh gak mau ngerti, Neng. Selama 37 tahun ibu nikah sama bapak, ibu ALHAMDULILLAH dapat anak sama cucu. Rumah gak ada, tabungan gak punya, cuman punya piring ama sendok sepasang. Bagi Ibu, ketimbang bikin beban di hati ibu ya, mending udah kalau diselesaiin semua. Kalo ibu mau nikah sirri ama yang lain mah bisa aja ya Neng yak, orang talaq'nya udah sah ini secara agama, Ustadz di tempat ibu juga bilang kalo sebenernya mah udah sah. Tapi nikah gitu teh nikah boong-boongan, nikah mainannya anak kecil, abis bilang sah, udah aja, mau kemana-mana gak ada ngerasa keiket tanggung jawab tertulis".

Begitulah panjang lebar cerita Bu Mimin yang tidak berusaha saya hentikan, biar lah beliau merasa lega walau hanya dengan bercerita.

Dari secuil kisah Bu Mimin, saya jadi jauh lebih bersyukur. Allah kasih berkah yang melimpah dan luas buat saya, kemudahan menyelesaikan permasalahan, pekerjaan, baik-buruk sikap dan sifat saya. Semua orang pasti diberi ujian oleh Allah yang Dia Maha Tahu bahwa kita mampu menyelesaikannya dengan indah.
Bagi para pria, ini juga pelajaran berharga, kalau ngaku pria ya mesti berani tanggung jawab, berani tegas, berani melindungi keluarga. Kalau nggak berani, jangan marah jika someday ada yang manggil dengan sebutan "NOBITA", mwehehehe.

Semoga Bu Mimin diberi kelapangan kesabaran, saya ikut doain.
Juga buat semua yang sedang menghadapi masalah pelik dalam kehidupannya, sabar aja, tawakal, ikhtiar, jujur, dan tegaslah pada kehidupan masing-masing.
Masalah tidak akan selesai hanya dengan mengeluh dan merenung.
Yang perlu dipikirkan adalah solusi tindakan untuk segera menyelesaikan. Mohon dituntun sama Allah, Insya Allah tidak akan ada yang berat, tidak akan ada yang sulit.


رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

No comments:

Post a Comment