Perjuangan lebaran tahun ini memang agak terasa maksanya karena tahun lalu sudah tidak mudik.
Tiga bulan sebelumnya sebenarnya saya sudah menyerah karena tiket kereta di tanggal yang saya inginkan sudah habis. Kebayang syoknya saya. Satu-satunya opsi transport yang terjangkau kantong sudah melayang. Terjangkau kantong ? Yeeepp... kan sudah jadi kebiasaan kalau lebaran pasti harga tiket transportasi apapun bisa naik sampai 3x lipat, dan kereta api adalah yang paling terjangkau.
Walaupun sudah ada penambahan gerbong, tapi tetap saja saya kalah cepat. Sedih? Buwanguwet....
Kangen sama keluarga dan keponakan-keponakan sudah polll banget, jadi mulai digencarkanlah perburuan ticket transport yang lain.
Alternatif kedua adalah tiket Bus, tapi ketika saya hubungi agen ada saja alasan yang diajukan sehingga menyulitkan saya yang memang butuh kepastian dapat tiket tanggal berapa untuk nantinya jadi dasar pengajuan cuti.
"Harga dari PO belum turun Teh. ntar puasa dapet dua harian lah"
well, oke .. masih bisa diterima...
Dua hari ramadhan terlalui, saya telepon ke agen, dan inilah jawabannya
"Wah belum keluar atuh harganya, nanti 10 harian sebelum lebaran harga baru keluar. Kalau mau sekarang, mesti DP dulu minim 200rb, biar nanti dibookingin ama kita"
Pikiran langsung lari kenceng, istighfar langsung dikebut bacanya dalam hati biar emosi tertahan dan sambil saya jawab "ok, makasih" langsung saya tutup weh.
Bukannya apa, saudara atasan saya juga kena tipu gara-gara booking duluan seperti itu, di agen yang sama. Pesannya PO. A, pas hari H keberangkatan ternyata diberi tiket PO. B dengan harga yang sama tapi fasilitas yang jauh beda. Saat dicomplaint, mereka dengan sinis menjawab "mau berangkat kagak? kalau mau ya itu, kalau kagak juga kagak nape-nape", dan DP hangus.. (-_-"""") #dooooo....
Akhirnya dengan berat hati saya hubungi ibu-bapak di rumah, "kadose boten saged wangsul malih e bu" -*sepertinya tidak bisa pulang lagi bu.
Sedih banget, tiap dhuha, tahajjud, sholat 5 waktu, sholat sunnah apapun yang saya minta hanya satu "Yaa Rabb, ridhoi hamba untuk mendapatkan tiket apapun yang terjangkau supaya hamba bisa pulang"
Tiga hari kemudian, saya dapat email promo tiket pesawat AirAsia Bandung-Surabaya hanya 299rb. Waaaaahhhh kalap langsung deh sayanya. Dengan bantuan seorang teman kantor (karena koneksi internet di kantor saya waktu itu lambat), akhirnya saya bisa mendapatkan tiket itu, tanpa berpikir bagaimana saya bisa sampai di Bandung untuk take off jam 8 pagi.
Sujud syukur langsung saya, biar lebay tapi saya memang bersyukur banget. Dan cuti bisa diajukan tgl 29 Juli.
Mulai saya hunting penginapan murah di dekat airport dan akhirnya dapatlah sebuah dormitory seharga 100rb per malam, terjangkau to dan kondisinya bersih, rapi, bisa dibayangkan karena ini kelasnya bule, finally booked. (*sujud syukur lagi huehehe)
Browsing rute untuk menuju ke penginapan, tanya kanan kiri, dan sehari sebelum berangkat dapat info rute termudah, gotcha. (*sujud syukur lagi xixixi)
Dimulailah perjalanan saya menempuh rute baru menuju kampung halaman yang jauh lebih kota dibanding tempat merantau saya ini. huhuhuhu maaf..that's true..
Mulai dari naik Bus Primajasa ke Pasteur, oper angkot ke Pasir Kaliki via Ciroyom. Terjebak, saya terhimpit di antara keranjang ayam dan Pasar Ciroyom di bagian luar angkot, persamaannya adalah..keduanya beraroma luarrr binasaaa...
"Subhanallah Teteeehhh, luar biasa aroma Pasar Ciroyom, nampol abis, mana saya kejepit keranjang ayam lagi..wkwkwk lengkap sudah", begitu bunyi sms saya ke Teh Nenden, istri teman kantor saya yang juga sebagai penunjuk rute saya.
Jawabnya, "Ihhh, mbak mah, kalo ke Bandung dan belum menghirup aroma Ciroyom, asa kurang afdol, hahaha. Tapi itu yang bikin orang kangen balik ke Bandung".
Akhirnya lepaslah saya dari jebakan macet dan lain sebagainya, sampailah saya di penginapan, and I was the first guest. So, saya bisa milih bed yang deket jendela, secara saya khan tukang intip. z(^,^)>
Setelah sholat dzuhur, saya tertidur, dan terbangun lagi beberapa saat kemudian karena mendengar suara bisik-bisik, yang saya ketahui setelah mengintip di balik kelopak mata yang masih ngantuk, ah the owner and the next guest..but saha eta? weh sekamar ma bule ternyata.
Kenalan dech, dan saya ketahui pada akhirnya bahwa namanya adalah Phillipa Horlock from South Africa. Dia ramah, teman yang asyik diajak ngobrol, walaupun dia sempat sungkan dan minta maaf karena nyelonong masuk pas saya sedang sholat. Tapi mungkin dia tidak berpendapat demikian tentang saya, secara mungkin dia bingung sekali dengan bahasa inggris saya yang belepotan karena sudah lama tidak rutin digunakan. Dia sempat bertanya apa saya keberatan dengan cara berpakaiannya, tentu saja saya jawab tidak, dia bukan muslim kan, tentu tidak ada aturan yang mengikatnya, saya oke berkawan dengan siapa saja yang penting manfaat.
Hampir maghrib, and it's mean saya mesti siap-siap hunting tempat makanan untuk berbuka dan sekaligus mencari masjid untuk sholat, pamitlah saya.
Kaki saya dan instruksi pak satpam dekat hotel menyarankan saya untuk masuk ke perkampungan di belakang hotel Hilton.
Sampailah saya di sebuah masjid kecil, lebih mirip mushola, dan saya menunggu maghrib dengan baca Quran, dia sahabat saya yang tanpa suara tapi selalu berbicara benar.
Seorang imam yang sudah sepuh mengucap salam pada saya, dan kemudian saya menjawab dan menutup Quran karena Abah Imam sepertinya akan mengajak berbincang. Betul saja, dan kalimat pertama yang ditanyakan "Neng dari Gontor?", saya terkejut dan menjawab bukan. Tapi beliau masih bertanya "Dulu mondok di pesantren mana Neng?", akhirnya saya bercerita bahwa saya tidak pernah mondok karena saya mualaf. Padahal sebenarnya dulu ingin sekali, tapi belum ada izin Allah. "Woh, Abah kira Neng dari pesantren mana kitu, udah lumayan bagus ngajinya" (*kepala langsung melembung)
Percakapan kami berlanjut sampai akhirnya adzan maghrib dikumandangkan, kami melaksanakan sholat maghrib dan setelahnya, Subhanallah, saya urung mencari makanan, karena disana orang-orang shalih tersebut yang menjamu saya dengan banyak sekali makanan untuk berbuka. Dan saya tetap disitu sampai kami selesai sholat tarawih. Saya sempat heran, sekampung bisa ya isinya orang baik-baik semua, ada yang menawarkan untuk menginap di rumahnya, diajak mampir, mau dibawakan oleh-oleh, dll.
Sekembalinya saya ke penginapan dengan membawa sepaket makanan berbuka yang isinya komplit sekali, saya tawarkan untuk berbagi makanan itu pada Phip (*entah benar atau salahkah penulisannya, yang jelas begitulah nama panggilannya), tapi dia tertarik untuk makan tahu goreng saja, itu makanan baru baginya (*kuliner Indonesia memang asyik).
Setelah ngobrol ngalor ngidul, saya memutuskan untuk istirahat, agar besok paginya bangun dengan segar dan siap terbang pulang.
Tapi ternyata saking semangatnya, saya hanya bisa tidur sampai jam 1 dini hari, ya sudahlah bisa tahajjud lebih awal, dan dzikir lebih puas.
Sebelum subuh saya sudah mandi, lanjut sholat subuh dan bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.
Iseng dech, bangunin roommate untuk pamitan. huehehe...
Bismillah, taxi yang dipesan sudah datang, check out dan say bubay sama pemilik dorm yang juga ramah banget. Jalanan lengaaaaaang banget...sehingga lancar saja saya sampai di airport, proses check in, ini itu lancar tanpa hambatan, bapak sopirnya juga ramah banget.
Shalawat aja dan tasbih saya baca sepanjang nafas, surprise lagi dari Allah, saya kebagian tempat duduk dekat jendela padahal sewaktu pemesanan saya lupa booking seat, huwaaaaaaaaaaaaaaaa bahagiaaaaaaa bgt penuh syukur, sayang terhalang untuk bisa sujud syukur di situ wkwkwk bisa nge-shoot langit..uyeee
Saat take off tiba juga, excited banget karena sudah tidak sabar bertemu keluarga, walhasil dikit-dikit terharu, lihat indahnya langit yang indah dan cerah.. subhanallah...pingin jerit-jerit saya sambil bilang Allahu Akbar sekeras-kerasnya. Tapi daripada saya dibilang stress, saya alihkan bersyukur pada Allah lewat kalimatNYA, ngaji dech saya sambil nahan air mata yang netes terus (*untung sebelah saya tidur). Sekali lagi, hadiah baru lagi, jadwal yang sekiranya ditempuh 1 jam 15 menit, ternyata tidak sampai satu jam saya sudah menginjakkan kaki di Surabaya. Dan sudah sampai di Malang kurang dari 2 jam. Serangkaian perjalanan yang jauh lebih cepat dan mudah dibanding harus naik kereta ataupun bus malam.
Perjalanan kali ini benar-benar pelajaran berharga sekali buat saya. Seiring doa yang terucap, mengalir deras pula berkah rizqi dan kemudahan dari Allah. Padahal niat hanya bersyukur karena sudah diberi kesempatan untuk bisa lebaran bersama keluarga, tapi masih juga kejutan-kejutan indah itu seketika dihantarkan.
Maha Kaya Allah, Maha Kuasa di atas segalanya.
Semakin hamba mencintaiMU Yaa Rabb, semakin hamba merasa hina jika lalai padaMU.
The Story of Mudik, Karawang - Bandung - Surabaya - Malang, 1Syawal 1434 H |
Perjuangan lebaran tahun ini memang agak terasa maksanya karena tahun lalu sudah tidak mudik.
Tiga bulan sebelumnya sebenarnya saya sudah menyerah karena tiket kereta di tanggal yang saya inginkan sudah habis. Kebayang syoknya saya. Satu-satunya opsi transport yang terjangkau kantong sudah melayang. Terjangkau kantong ? Yeeepp... kan sudah jadi kebiasaan kalau lebaran pasti harga tiket transportasi apapun bisa naik sampai 3x lipat, dan kereta api adalah yang paling terjangkau.
Walaupun sudah ada penambahan gerbong, tapi tetap saja saya kalah cepat. Sedih? Buwanguwet....
Kangen sama keluarga dan keponakan-keponakan sudah polll banget, jadi mulai digencarkanlah perburuan ticket transport yang lain.
Alternatif kedua adalah tiket Bus, tapi ketika saya hubungi agen ada saja alasan yang diajukan sehingga menyulitkan saya yang memang butuh kepastian dapat tiket tanggal berapa untuk nantinya jadi dasar pengajuan cuti.
"Harga dari PO belum turun Teh. ntar puasa dapet dua harian lah"
well, oke .. masih bisa diterima...
Dua hari ramadhan terlalui, saya telepon ke agen, dan inilah jawabannya
"Wah belum keluar atuh harganya, nanti 10 harian sebelum lebaran harga baru keluar. Kalau mau sekarang, mesti DP dulu minim 200rb, biar nanti dibookingin ama kita"
Pikiran langsung lari kenceng, istighfar langsung dikebut bacanya dalam hati biar emosi tertahan dan sambil saya jawab "ok, makasih" langsung saya tutup weh.
Bukannya apa, saudara atasan saya juga kena tipu gara-gara booking duluan seperti itu, di agen yang sama. Pesannya PO. A, pas hari H keberangkatan ternyata diberi tiket PO. B dengan harga yang sama tapi fasilitas yang jauh beda. Saat dicomplaint, mereka dengan sinis menjawab "mau berangkat kagak? kalau mau ya itu, kalau kagak juga kagak nape-nape", dan DP hangus.. (-_-"""") #dooooo....
Akhirnya dengan berat hati saya hubungi ibu-bapak di rumah, "kadose boten saged wangsul malih e bu" -*sepertinya tidak bisa pulang lagi bu.
Sedih banget, tiap dhuha, tahajjud, sholat 5 waktu, sholat sunnah apapun yang saya minta hanya satu "Yaa Rabb, ridhoi hamba untuk mendapatkan tiket apapun yang terjangkau supaya hamba bisa pulang"
Tiga hari kemudian, saya dapat email promo tiket pesawat AirAsia Bandung-Surabaya hanya 299rb. Waaaaahhhh kalap langsung deh sayanya. Dengan bantuan seorang teman kantor (karena koneksi internet di kantor saya waktu itu lambat), akhirnya saya bisa mendapatkan tiket itu, tanpa berpikir bagaimana saya bisa sampai di Bandung untuk take off jam 8 pagi.
Sujud syukur langsung saya, biar lebay tapi saya memang bersyukur banget. Dan cuti bisa diajukan tgl 29 Juli.
Mulai saya hunting penginapan murah di dekat airport dan akhirnya dapatlah sebuah dormitory seharga 100rb per malam, terjangkau to dan kondisinya bersih, rapi, bisa dibayangkan karena ini kelasnya bule, finally booked. (*sujud syukur lagi huehehe)
Browsing rute untuk menuju ke penginapan, tanya kanan kiri, dan sehari sebelum berangkat dapat info rute termudah, gotcha. (*sujud syukur lagi xixixi)
Dimulailah perjalanan saya menempuh rute baru menuju kampung halaman yang jauh lebih kota dibanding tempat merantau saya ini. huhuhuhu maaf..that's true..
Mulai dari naik Bus Primajasa ke Pasteur, oper angkot ke Pasir Kaliki via Ciroyom. Terjebak, saya terhimpit di antara keranjang ayam dan Pasar Ciroyom di bagian luar angkot, persamaannya adalah..keduanya beraroma luarrr binasaaa...
"Subhanallah Teteeehhh, luar biasa aroma Pasar Ciroyom, nampol abis, mana saya kejepit keranjang ayam lagi..wkwkwk lengkap sudah", begitu bunyi sms saya ke Teh Nenden, istri teman kantor saya yang juga sebagai penunjuk rute saya.
Jawabnya, "Ihhh, mbak mah, kalo ke Bandung dan belum menghirup aroma Ciroyom, asa kurang afdol, hahaha. Tapi itu yang bikin orang kangen balik ke Bandung".
Akhirnya lepaslah saya dari jebakan macet dan lain sebagainya, sampailah saya di penginapan, and I was the first guest. So, saya bisa milih bed yang deket jendela, secara saya khan tukang intip. z(^,^)>
Setelah sholat dzuhur, saya tertidur, dan terbangun lagi beberapa saat kemudian karena mendengar suara bisik-bisik, yang saya ketahui setelah mengintip di balik kelopak mata yang masih ngantuk, ah the owner and the next guest..but saha eta? weh sekamar ma bule ternyata.
Kenalan dech, dan saya ketahui pada akhirnya bahwa namanya adalah Phillipa Horlock from South Africa. Dia ramah, teman yang asyik diajak ngobrol, walaupun dia sempat sungkan dan minta maaf karena nyelonong masuk pas saya sedang sholat. Tapi mungkin dia tidak berpendapat demikian tentang saya, secara mungkin dia bingung sekali dengan bahasa inggris saya yang belepotan karena sudah lama tidak rutin digunakan. Dia sempat bertanya apa saya keberatan dengan cara berpakaiannya, tentu saja saya jawab tidak, dia bukan muslim kan, tentu tidak ada aturan yang mengikatnya, saya oke berkawan dengan siapa saja yang penting manfaat.
Hampir maghrib, and it's mean saya mesti siap-siap hunting tempat makanan untuk berbuka dan sekaligus mencari masjid untuk sholat, pamitlah saya.
Kaki saya dan instruksi pak satpam dekat hotel menyarankan saya untuk masuk ke perkampungan di belakang hotel Hilton.
Sampailah saya di sebuah masjid kecil, lebih mirip mushola, dan saya menunggu maghrib dengan baca Quran, dia sahabat saya yang tanpa suara tapi selalu berbicara benar.
Seorang imam yang sudah sepuh mengucap salam pada saya, dan kemudian saya menjawab dan menutup Quran karena Abah Imam sepertinya akan mengajak berbincang. Betul saja, dan kalimat pertama yang ditanyakan "Neng dari Gontor?", saya terkejut dan menjawab bukan. Tapi beliau masih bertanya "Dulu mondok di pesantren mana Neng?", akhirnya saya bercerita bahwa saya tidak pernah mondok karena saya mualaf. Padahal sebenarnya dulu ingin sekali, tapi belum ada izin Allah. "Woh, Abah kira Neng dari pesantren mana kitu, udah lumayan bagus ngajinya" (*kepala langsung melembung)
Percakapan kami berlanjut sampai akhirnya adzan maghrib dikumandangkan, kami melaksanakan sholat maghrib dan setelahnya, Subhanallah, saya urung mencari makanan, karena disana orang-orang shalih tersebut yang menjamu saya dengan banyak sekali makanan untuk berbuka. Dan saya tetap disitu sampai kami selesai sholat tarawih. Saya sempat heran, sekampung bisa ya isinya orang baik-baik semua, ada yang menawarkan untuk menginap di rumahnya, diajak mampir, mau dibawakan oleh-oleh, dll.
Sekembalinya saya ke penginapan dengan membawa sepaket makanan berbuka yang isinya komplit sekali, saya tawarkan untuk berbagi makanan itu pada Phip (*entah benar atau salahkah penulisannya, yang jelas begitulah nama panggilannya), tapi dia tertarik untuk makan tahu goreng saja, itu makanan baru baginya (*kuliner Indonesia memang asyik).
Setelah ngobrol ngalor ngidul, saya memutuskan untuk istirahat, agar besok paginya bangun dengan segar dan siap terbang pulang.
Tapi ternyata saking semangatnya, saya hanya bisa tidur sampai jam 1 dini hari, ya sudahlah bisa tahajjud lebih awal, dan dzikir lebih puas.
Sebelum subuh saya sudah mandi, lanjut sholat subuh dan bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.
Iseng dech, bangunin roommate untuk pamitan. huehehe...
Bismillah, taxi yang dipesan sudah datang, check out dan say bubay sama pemilik dorm yang juga ramah banget. Jalanan lengaaaaaang banget...sehingga lancar saja saya sampai di airport, proses check in, ini itu lancar tanpa hambatan, bapak sopirnya juga ramah banget.
Shalawat aja dan tasbih saya baca sepanjang nafas, surprise lagi dari Allah, saya kebagian tempat duduk dekat jendela padahal sewaktu pemesanan saya lupa booking seat, huwaaaaaaaaaaaaaaaa bahagiaaaaaaa bgt penuh syukur, sayang terhalang untuk bisa sujud syukur di situ wkwkwk bisa nge-shoot langit..uyeee
Saat take off tiba juga, excited banget karena sudah tidak sabar bertemu keluarga, walhasil dikit-dikit terharu, lihat indahnya langit yang indah dan cerah.. subhanallah...pingin jerit-jerit saya sambil bilang Allahu Akbar sekeras-kerasnya. Tapi daripada saya dibilang stress, saya alihkan bersyukur pada Allah lewat kalimatNYA, ngaji dech saya sambil nahan air mata yang netes terus (*untung sebelah saya tidur). Sekali lagi, hadiah baru lagi, jadwal yang sekiranya ditempuh 1 jam 15 menit, ternyata tidak sampai satu jam saya sudah menginjakkan kaki di Surabaya. Dan sudah sampai di Malang kurang dari 2 jam. Serangkaian perjalanan yang jauh lebih cepat dan mudah dibanding harus naik kereta ataupun bus malam.
Perjalanan kali ini benar-benar pelajaran berharga sekali buat saya. Seiring doa yang terucap, mengalir deras pula berkah rizqi dan kemudahan dari Allah. Padahal niat hanya bersyukur karena sudah diberi kesempatan untuk bisa lebaran bersama keluarga, tapi masih juga kejutan-kejutan indah itu seketika dihantarkan.
Maha Kaya Allah, Maha Kuasa di atas segalanya.
Semakin hamba mencintaiMU Yaa Rabb, semakin hamba merasa hina jika lalai padaMU.
No comments:
Post a Comment