Saat pertama memutuskan untuk mengawali perubahan alur hidup setelah dibelai ujian Allah yang kesekian, banyak yang mengingatkan saya bahwa hati harus benar-benar dipersiapkan.
Kata Ibu dan Bapak. "Kalau mau bisa renang, jangan hanya belajar di pinggiran. Siapkan diri, berenanglah ke tengah. Tapi biar nggak tenggelam, kamu harus minta didampingi pelatih. Gitu juga hidupmu, mintalah didampingi sama Allah."
Pada awalnya saya tidak begitu mempedulikannya, "halah, lillahi ta'ala, bismillah wae", itu pikir saya. Dalam benak saya hanya ada saya, Allah, dan keluarga saja. Nah, kalau ada yang lainnya, itu saya anggap bonus bantuan dari Allah buat hiburan saya.
Saya mulai rajin ikut kajian-kajian agama di masjid-masjid, seminar keagamaan dan motivasi ini itu, acara sosial sana sini, dan itu semua saya lalukan sendiri hanya di bawah penjagaan Allah.
Kebayang agak serem buat saya yang notabene jarang sekali bepergian ke luar kota, tidak pernah tinggal di luar kota sendirian dalam waktu yang lama, baru merantau ke kota ini, dan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut yang kebanyakan diadakan di luar kota yang belum pernah saya datangi sebelumnya.
Saya harus hunting info jalur angkutan umum, menulis rute, mendata penginapan yang harganya terjangkau kantong, dll.
Saya harus berangkat pagi-pagi sekali, seringnya bareng sama orang baru turun sholat subuh di masjid. Atau malah mesti nyari penginapan sehari sebelum acara karena jaraknya terlalu jauh untuk PP dan demi bisa hadir tepat waktu.
Mulai rajin lagi baca Al-Quran dan mulai berusaha mentadabburi.
Koleksi buku bacaan mulai beralih, dari yang serba duniawi jadi lebih didominasi oleh pasukan penyejuk rohani. I feel more alive.
Nah, seiring dengan mulai rutinnya saya memohon ridho Allah, muncul pula gelagat-gelagat yang kurang cantik dari sekitar. Alarm saya otomtis langsung bunyi.
Ada beberapa (*lumayan banyak sih*) yang awalnya seperti baik banget, mereka menanyakan apa saja kegiatan saya dan dengan senang hati saya ceritakan. Sedikit berharap juga semoga mereka tergerak untuk menjadi lebih baik di jalan Allah.
Kesan pertama seperti mendukung kegiatan yang saya ikuti. Tapi ternyata di belakang saya, itu semua hanya jadi bahan gunjingan, cemoohan, sindiran, dan tertawaan mereka.
Sering saya dapati mereka menertawakan kegiatan saya tanpa mereka sadari saya ada di belakang mereka, di balik tembok, tertegun mengetahui reaksi mereka yang tentu saja tidak saya harapkan.
" Kagak jaminan mau sealim apa juga, doa ampe berbusa, sujud ampe jidat item gegara dijedotin ke lantai, kagak jaminaaaannnnnn. Lagian minta apa coba ampe segitunya?!"
** Mau minta apa juga urusan saya sama Allah. Satu lagi, Jidat saya tidak hitam. (hanya istighfar dan bergumam dalam hati)
"Wah, sorry nich, gue bukan lulusan pesantren, jadi kagak ngarti istilah belibet kayak begitu."
** Bukan lulusan pesantren ya? Sama. Tapi situ muslim sejak lahir khan? Nah, saya malah mualaf. (kali ini langsung jawab karena sedang dalam perbincangan dengan saya)
"Makanya, ngaji sono lu. Tiap hari mabok mulu, maksiat mulu. Hahahahaha... Hidup gue ini, cara gue donk"
** Introspeksi bener saya, dan yakin saya tidak pernah minta mereka melakukan itu, kenal saja tidak, apalagi ngobrol, buat semua pernak pernik perjuangan hidup saya saja 24 jam tuh padat merayap.
"Eh lu kagak ikut yasinan apa, tuh udah ngedengung hahaha..."
** Kasihan banget, udah kenceng, salah lagi, lha wong saya ini lagi ngafalin Ar Rahman (-_-")
Dan masih banyak lagi, tapi karena saya ingat ucapan Ibu-Bapak, kebanyakan saya hanya istighfar, sometimes bilang "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un" dan jadi senyum, "Nggak papa, ada Allah ini. Kalian ngakunya laki tapi beraninya keroyokan, ngelawan perempuan yang cuman seorang ini. Buat lu, gue kagak asyik banget. Tapi buat gue, hanya sama Allah aja udah asyik banget" ----*gas pol kalemnya (^_^)
Dan suatu waktu, tiba-tiba kebaca TL Ust. Fatih Karim :
"Sampaikan karena tugasmu hanyalah menyampaikan! Bersabar terhadap mereka yang gigih mencibir, itulah nikmat di jalan da'wah"
Saya yakin banyak yang mengalami hal yang sama, secara sejak dari zaman Nabi pertama juga sudah seperti itu polanya. So, let it go and don't waste your time to think about them.
Kalaupun DICEMOOH ITU EFEK SAMPING dari kebaikan kita, berbanggalah bahwa kita termasuk yang sedikit, karena hanya sedikit yang beruntung bisa merasakan kebahagiaan dunia akhirat, Insya Allah.
D'QUOTE :
If you have an intention of doing something good, just remember that whatever you do, even if it's good, people will always find something bad to say to you.
So, don't stop of doing all good things, keep on doing the right things.
No comments:
Post a Comment